Bagikan:

JAKARTA - Gempa berkekuatan 7,1 magnitudo yang mengguncang Jepang pada Sabtu 13 Februari jelang tengah malam di kawasan Fukushima, disebut Badan Metereologi Jepang terjadi di kawasan yang sama dengan gempa berkekuatan magnitudo 9.0 pada 11 Maret 2011 silam. 

Episentrum gempa berkekuatan 7,1 pada hari Sabtu, yang melanda pada pukul 11:07 malam waktu setempat, terletak 45,9 mil (73,9 kilometer) timur laut Namie, sebuah kota pesisir 60 mil dari Fukushima, menurut Survei Geologi Amerika Serikat.

Kedalaman gempa sekitar 36 mil. Setidaknya 48 cedera dilaporkan di Prefektur Fukushima dan Miyagi, menurut penyiar NHK. Peringatan tsunami tidak dikeluarkan untuk gempa hari Sabtu.

Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga meyakinkan publik, bahwa setelah gempa hari Sabtu 'tidak ada kelainan' pada pembangkit nuklir di wilayah tersebut.

Melansir CNN, berbicara kepada wartawan dari kantornya pada Minggu pagi, Suga mengatakan meski kerusakan masih dalam penilaian, tidak ada korban jiwa yang dilaporkan. Namun, dia meminta warga di daerah yang terkena dampak untuk tetap tinggal di dalam rumah dan bersiap menghadapi gempa susulan.

Gempa tersebut memicu tanah longsor yang tumpah ke Jalan Tol Joban, jalan raya utama yang membentang di sepanjang pantai timur Jepang. Tanggul di sepanjang jalan runtuh, menutupi jalan dan mengubur pagar pembatas dalam lumpur. Selain itu, bagian lain dari jalan tol terangkat sekitar 32 kaki (10 meter), kata polisi di Prefektur Miyagi.

Sekitar 830.000 rumah tangga di wilayah Kanto, yang mencakup Tokyo yang lebih besar, dan sekitar 90.000 rumah tangga di wilayah Tohoku sempat tanpa listrik setelah gempa Hari Sabtu. Namun, listrik secara bertahap mulai pulih kembali.

Untuk diketahui, gempa bumi 11 Maret 2011 menyebabkan bencana nuklir terburuk di negara itu, ketika tiga reaktor di pembangkit nuklir Fukushima Daiichi meleleh, melepaskan bahan radioaktif ke udara dan memaksa lebih dari 100.000 orang dievakuasi.

Lebih dari 20.000 orang meninggal atau hilang dalam gempa dan tsunami tersebut, sementara ratusan ribu lainnya kehilangan rumah.