JAKARTA - Perdana Menteri Palestina Mohammad Shtayyeh meminta para pemimpin internasional untuk berhenti menerapkan "standar ganda" dalam perang Israel-Palestina, saat jumlah korban tewas warga sipil di Gaza terus bertambah, termasuk juga korban dari kalangan anak-anak.
"Berapa banyak orang yang harus mati agar perang berakhir?" ujar Shtayyeh, berbicara di depan perwakilan senior pemerintah dari seluruh dunia pada konferensi kemanusiaan di Paris.
"Apakah enam anak per jam, empat perempuan per jam, 10.000 orang dalam 30 hari cukup?" tanyanya.
Prioritas masyarakat di Jalur Gaza termasuk mengirimkan lebih banyak air, listrik dan obat-obatan, kata Shtayyeh.
Daerah kantong tersebut dilanda penyakit karena lebih dari 1.300 mayat terperangkap di bawah reruntuhan, tambahnya.
Dalam kesempatan tersebut, PM Shtayyeh juga menolak usulan pembagian wilayah Palestina.
"Pertahanan yang sah tidak sama dengan menduduki tanah orang lain," ujarnya.
"Kita tidak bisa membicarakan Jalur Gaza tanpa membicarakan seluruh wilayah Palestina. Solusi yang terpisah tidak akan membuahkan hasil," tandasnya.
Diketahui, sekitar 1.400 orang tewas dan 240 lainnya disandera, akibat serangan Hamas ke wilayah selatan Israel pada 7 Oktober, memicu bombardir dan blokade total terhadap Gaza.
Mengutip Reuters dan Xinhua, setidaknya 10.569 warga Palestina telah tewas dalam serangan Israel di Jalur Gaza sejak 7 Oktober, kata Kementerian Kesehatan Palestina yang berbasis di Gaza pada Hari Rabu.
Juru bicara kementerian Ashraf al-Qedra mengatakan, korban tewas termasuk 4.324 anak-anak, menambahkan lebih dari 26.000 orang terluka.
Ia juga meminta komunitas internasional untuk melindungi rakyat Palestina dari serangan Israel, karena sebagian besar korbannya adalah anak-anak dan perempuan.
Diberitakan sebelumnya, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Guterres mengatakan pada Hari Rabu, jumlah warga sipil yang terbunuh di Jalur Gaza menunjukkan ada sesuatu yang salah dengan operasi militer Israel terhadap militan Hamas Palestina.
"Ada pelanggaran yang dilakukan Hamas ketika mereka memiliki perisai manusia. Namun ketika kita melihat jumlah warga sipil yang terbunuh dalam operasi militer (Israel), ada sesuatu yang jelas salah," kata Guterres.
BACA JUGA:
Guterres membandingkan jumlah anak-anak yang terbunuh di Gaza dengan jumlah korban konflik di seluruh dunia yang ia laporkan setiap tahun kepada Dewan Keamanan PBB. Pada Hari Senin, dia mengatakan Gaza menjadi "kuburan bagi anak-anak."
"Setiap tahun, jumlah tertinggi pembunuhan anak-anak yang dilakukan oleh salah satu aktor dalam seluruh konflik yang kita saksikan mencapai ratusan," urai Guterres.
"Dalam beberapa hari ini kita melihat ribuan anak-anak terbunuh di Gaza, yang berarti ada sesuatu yang salah dalam cara operasi militer yang dilakukan," tambahnya.