Bagikan:

JAKARTA - Israel masih menghalangi perjanjian gencatan senjata meskipun Hamas bersikap fleksibel, saat konflik terbaru di Gaza genap berusia setahun, kata kepala negosiator Hamas dan wakil kepala Gaza Khalil Al-Hayya dalam pidato yang ditayangkan di televisi Aqsa milik Hamas pada Hari Minggu.

Hayya mengatakan, meskipun Hamas bersikap fleksibel terhadap kesepakatan gencatan senjata, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan pemerintahannya terus mengulur-ulur dan merusak perundingan.

Dikatakannya, pihaknya tidak bersedia memberikan konsesi atas tuntutannya agar Israel mengakhiri perang, menarik pasukannya dari Gaza, memulangkan penduduk yang mengungsi secara internal ke rumah mereka, dan membuat kesepakatan tawanan-sandera.

PM Netanyahu telah bersumpah bahwa perang hanya dapat berakhir setelah Hamas diberantas.

Hayya menuduh dunia menerapkan standar ganda atas Gaza dan Lebanon, yang menurutnya akan menyebabkan lebih banyak gangguan dan ketidakstabilan di kawasan tersebut.

Hayya menegaskan kembali pendirian kelompoknya di balik serangan 7 Oktober terhadap Israel, mengatakan serangan itu menempatkan masalah Palestina di puncak agenda dunia.

"Kita dapat mengatakan dengan penuh keyakinan, bahwa masalah Palestina telah menjadi masalah utama di dunia dan semua pihak sekarang menyadari bahwa tidak akan ada keamanan dan stabilitas di kawasan itu kecuali rakyat kita memperoleh hak-hak mereka sepenuhnya," kata Hayya, melansir Reuters 7 Oktober.

Israel dan Hamas saling menyalahkan atas kegagalan mencapai kesepakatan sejauh ini, dengan masing-masing menuduh pihak lain membuat persyaratan yang mustahil dipenuhi.

Mediator Arab Qatar dan Mesir, yang didukung oleh Amerika Serikat, sejauh ini gagal mengakhiri pertikaian antara kedua pihak yang bertikai, menjadi perantara perjanjian gencatan senjata yang akan mengakhiri perang dan membebaskan sandera Israel dan warga asing yang ditahan di Gaza, serta banyak warga Palestina yang dipenjara oleh Israel.

Senin menandai peringatan pertama serangan Hamas pada 7 Oktober terhadap Israel yang memicu perang di Gaza, terjadi saat Israel secara tajam meningkatkan kampanyenya melawan kelompok Hizbullah yang didukung Iran di Lebanon.

Konflik terbaru di Gaza pecah usai kelompok militan Palestina yang dipimpin Hamas menyerang wilayah selatan Israel pada 7 Oktober 2023, menyebabkan sekitar 1.200 orang tewas 250 lainnya disandera menurut penghitungan Israel.

Di sisi lain, otoritas Palestina mengumumkan pada Hari Minggu, serangan balasan Israel sejauh ini telah menewaskan 41.870 orang Palestina dan 97.166 lainnya luka-luka, kebanyakan adalah perempuan dan anak-anak, dikutip dari WAFA.