Bagikan:

JAKARTA - Mengonsumsi segenggam kacang setiap hari terbukti menurunkan risiko depresi sebesar 17 persen, kata para ilmuwan.

Data UK Biobank, database online yang berisi catatan medis dan gaya hidup dari sekitar 500.000 warga Inggris menunjukkan, menunjukkan orang dewasa paruh baya dan lanjut usia yang mengonsumsi 30 gram kacang-kacangan setiap hari, termasuk kenari, almond, kacang Brazil, kacang mete, hazelnut, dan pistachio, kecil kemungkinannya untuk melaporkan penggunaan antidepresan atau didiagnosis menderita depresi.

Penelitian ini telah dipublikasikan pada jurnal 'Clinical Nutrition', namun tidak menjelaskan mengapa hal ini terjadi. Para peneliti berspekulasi, sifat anti-inflamasi dan antioksidan pada kacang-kacangan mungkin memiliki efek perlindungan.

Tim peneliti mengatakan, kacang-kacangan mengandung nutrisi penting – dalam bentuk zat bioaktif seperti fenol atau pitosterol, mikronutrien esensial, serat, protein berkualitas tinggi, asam lemak tak jenuh tunggal dan tak jenuh ganda, serta vitamin – yang dapat berperan bermanfaat dalam kesehatan mental.

"Temuan kami menyoroti manfaat lain dari mengonsumsi kacang-kacangan, dengan penurunan sebesar 17 persen pada depresi yang terkait dengan konsumsi kacang," Bruno Bizzozero-Peroni, peneliti di Pusat Penelitian Kesehatan dan Sosial Universitas Castilla-La Mancha di Spanyol, dilansir dari The National News 19 Oktober.

"Hal ini memberikan alasan yang lebih kuat bagi masyarakat untuk menjadi antusias mengonsumsi kacang-kacangan," lanjutnya.

Sebagai bagian dari penelitian, para peneliti mengamati data lebih dari 13.000 orang berusia 37 hingga 73 tahun, antara tahun 2007 hingga 2020.

Orang-orang ini tidak melaporkan mengalami depresi pada awal penelitian.

ilustrasi kacang
Ilustrasi kacang. (Unsplash/Tetiana Bykovets)

Kuesioner digunakan untuk menilai konsumsi kacang-kacangan dan selama penelitian, diagnosis depresi atau penggunaan antidepresan yang dilaporkan sendiri oleh dokter dicatat.

Setelah masa tindak lanjut selama lebih dari lima tahun, tercatat lebih dari 1.100 (8,3 persen) kasus depresi.

Hasil penelitian juga menunjukkan, mereka yang mengonsumsi kacang-kacangan dalam jumlah rendah hingga sedang, yang didefinisikan sebagai satu porsi 30 gram per hari, memiliki risiko depresi 17 persen lebih rendah dibandingkan dengan mereka yang tidak makan kacang-kacangan.

Para peneliti mengatakan, temuan ini terlepas dari faktor lain yang mungkin mempengaruhi kesehatan mental seperti gaya hidup, kondisi medis dan indeks massa tubuh.

"Hasil kami menyoroti potensi peran konsumsi kacang-kacangan sebagai perilaku pola makan sehat untuk mencegah depresi pada mereka yang bebas dari faktor risiko depresi lainnya, seperti obesitas, perilaku gaya hidup tidak sehat (merokok, sering mengonsumsi alkohol, rendahnya asupan buah dan sayur, kurang aktif, dan durasi tidur yang tidak memadai), kesepian, dan kondisi medis seperti penyakit penyerta kardiovaskular, metabolik, atau mental," tulis tim tersebut.

Terpisah, Jenna Macciochi, dosen senior imunologi di University of Sussex, yang tidak terlibat dalam penelitian ini, mengatakan: "Penelitian ini didasarkan pada literatur yang berkembang di bidang psikologi nutrisi yang menunjukkan, pola makan menjadi faktor penyebab gangguan mood."

"Secara khusus, mereka menemukan hubungan positif antara asupan kacang-kacangan dan risiko depresi yang lebih rendah dibandingkan dengan tidak mengonsumsi kacang-kacangan," terangnya.

“Penelitian ini menunjukkan hubungan dan tidak membuktikan efek mekanistik, namun penulis menyarankan beberapa mekanisme yang memungkinkan konsumsi kacang-kacangan dapat bekerja," lanjut Macciochi.

"Saya pikir masih banyak yang perlu kita pelajari mengenai mekanisme potensial yang ada dan pemahaman yang lebih mendalam tentang hal ini di masa depan akan berguna ketika membuat rekomendasi pola makan."

Ditambahkannya: "Bukti terbaik untuk mendukung kesehatan mental yang baik melalui pola makan mungkin berasal dari pola makan anti-inflamasi gaya Mediterania, yang mana kacang-kacangan dianggap sebagai salah satu komponennya."