LEBAK - Rumah eks Multatuli yang berada di lingkungan RSUD Adjidarmo Rangkasbitung perlu direvitalisasi sebagai cagar budaya dengan melakukan pembangunan ke bentuk dan fungsi aslinya.
"Revitalisasi rumah eks Multatuli itu perlu dibangun kembali dengan menata fungsi bagian depan, ruangan, kamar, dapur, dan pertemuan sosial, sebagai cagar budaya," kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lebak Imam Rismahayadin di Lebak, Banten, Antara, Kamis, 19 Oktober.
Selama ini kondisi rumah dinas eks Multatuli atau rumah Eduard Douwes Dekker, Asisten Residen masa Kolonial Belanda yang bertugas di wilayah Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, dalam keadaan tak terurus.
Eduard Douwes Dekker menempati rumah tersebut pada 1856 dan sempat menjadi markas tentara kolonial Belanda pada 1850.
Rumah eks dinas Multatuli tu dibangun pada abad 19 dan digunakan sebagai rumah sakit pada tahun 1952 dengan luas kurang lebih 144 meter persegi. Rumah tersebut, lanjut Imam, dijadikan sebagai cagar budaya oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten pada tahun 2011.
Namun hingga kini kondisi rumah eks Multatuli tersebut terbengkalai dan banyak yang sudah hilang, seperti bagian jendela, pintu, kaca, dan genteng. Selain itu ada
bagian tembok dinding yang berlubang, cat mengelupas, lantai tanah, hingga bangunannya tidak sempurna.
"Kami tahun 2020 mengalokasikan anggaran revitalisasi pembangunan rumah eks Multatuli itu Rp3 miliar, namun batal akibat adanya pandemi COVID-19," kata Imam.
Eduard Douwes Dekker merupakan tokoh kebangkitan Indonesia untuk merdeka dan lepas dari penjajahan Belanda yang memeras rakyat, terutama di Lebak. Kisah itu terungkap dalam karyanya "Max Havelaar" yang telah mendunia.
"Kami berharap rumah penulis Max Havelaar itu bisa kembali direvitalisasi pembangunan tahun 2024 agar menjadi sejarah nyata perjuangan Eduard Douwes Dekker," kata Imam.
Sementara itu akademisi dari Universitas Latansa Mashiro Rangkasbitung, Mochamad Husen, merasa prihatin melihat kondisi bangunan eks Multatuli tersebut.
BACA JUGA:
"Kami berharap rumah dinas eks Multatuli itu kembali direvitalisasi, sehingga dapat dikenang anak cucu karena bagian sejarah bangsa," katanya.