JAKARTA - Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengatakan ledakan di RS Al-Ahli al-Arabi Gaza yang menewaskan ratusan orang, bukan lantaran serangan Israel, saat ia tiba di negara itu dan menemui Perdana Menteri Benjamin Netanyahu Hari Rabu.
Ledakan di rumah sakit tersebut dikabarkan menewaskan ratusan orang, membuat agenda diplomatik Gedung Putih untuk menyatakan dukungan terhadap sekutunya, meredakan ketegangan di kawasan sekaligus mendukung upaya kemanusiaan di Gaza berantakan, usai pemimpin sejumlah negara Arab membatalkan pertemuan dengan Presiden Biden di Yordania.
"Saya sangat sedih dan marah dengan ledakan rumah sakit di Gaza kemarin, dan berdasarkan apa yang saya lihat, tampaknya hal itu dilakukan oleh pihak lain, bukan Anda," ujarnya bersama PM Netanyahu, melansir Reuters 18 Oktober.
"Tetapi ada banyak orang di luar sana yang tidak yakin, jadi kita punya banyak hal, kita harus mengatasi banyak hal," lanjut Presiden Biden.
"Dunia sedang mengamati. Israel mempunyai nilai-nilai seperti yang dimiliki Amerika Serikat, dan negara-negara demokrasi lainnya, dan mereka juga ingin melihat apa yang akan kita lakukan," tandasnya.
Sementara itu, Israel merilis rekaman drone yang menunjukkan lokasi ledakan rumah sakit, yang menurut mereka menunjukkan tidak ada lubang dampak dari rudal atau bom apa pun, sehingga mereka lepas dari tanggung jawab.
Militer Israel kemudian menerbitkan apa yang dikatakannya sebagai rekaman audio "komunikasi antara 'teroris' yang membicarakan tentang roket yang salah sasaran".
Sementara itu, warga Palestina yakin ledakan tersebut adalah serangan Israel, dan tidak ada peringatan bagi warga sipil untuk meninggalkan rumah sakit yang digunakan sebagai tempat berlindung bagi ribuan warga Gaza yang kehilangan tempat tinggal akibat pemboman Israel.
"Tempat ini menciptakan tempat berlindung yang aman bagi perempuan dan anak-anak, mereka yang lolos dari pemboman Israel," kata dokter di rumah sakit tersebut, Ibrahim Al-Naqa kepada Reuters.
BACA JUGA:
"Kami tidak tahu apa nama proyektil tersebut, namun kami melihat dampaknya ketika proyektil tersebut menargetkan anak-anak dan mencabik-cabik tubuh mereka," ratapnya.
Diketahui, Presiden Biden sangat mendukung Israel setelah serangan 7 Oktober. Namun, ia berada di bawah tekanan kuat untuk memastikan komitmen Israel guna meringankan penderitaan warga sipil di Jalur Gaza, di mana 2,3 juta warga Palestina berada di bawah pengepungan total, tanpa akses terhadap makanan, bahan bakar, air atau pasokan medis.
Adapun militer Israel mengumumkan pada Hari Rabu, bantuan kemanusiaan akan tersedia di "zona kemanusiaan" di Al-Mawasi, selatan Jalur Gaza dekat perbatasan Mesir. Namun tidak dijelaskan secara rinci bagaimana bantuan akan sampai ke sana.