Bagikan:

JAKARTA - Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Siti Nurbaya mengatakan pemerintah saat ini sedang berjibaku mengatasi kebakaran hutan dan lahan (Karhutla). Siti menyebutkan peristiwa karhutla saat ini tengah melanda sejumlah provinsi, misalnya seperti Kalimantan Tengah, Sumatera Selatan dan sebagian di Kalimantan Selatan.

Menurut dia, petugas dari Kementerian LHK sekarang sedang turun ke lapangan dan berjibaku menangani karhutla di sejumlah daerah.

“Kita saat ini tengah berjibaku mengatasi kebakaran hutan dan lahan terutama di Sumatera Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan. Selain itu, juga di beberapa daerah lain di Sumatera, Kalimantan bahkan Jawa. Pemerintah berkomitmen untuk aksi-aksi iklim yang penting untuk memenuhi perlindungan masyarakat sesuai Undang-Undang Dasar dan juga untuk kepentingan global,” terang Menteri Siti saat melakukan kunjungan kerja di Jawa Timur dikutip ANTARA, Selasa 3 Oktober.

Kebakaran hutan dan lahan pada kemarau tahun ini sudah pada taraf mengganggu. Warga terpaksa kembali menggunakan masker serta sejumlah penerbangan tertunda atau dialihkan terjadi di Palangka Raya, Pontianak, maupun Pekanbaru dalam seminggu terakhir.

Siti mengakui setiap pekan peristiwa karhutla di sejumlah daerah selalu terjadi. Atas dasar itu Kementerian LHK mengikuti setiap perkembangannya dan melakukan monitoring sambil menangani karhutla.

"Kami berkomitmen tidak membiarkan dampak karhutla meluas atau menimbulkan kerugian bagi masyarakat dan lingkungan," katanya.

Lebih lanjut Menteri Siti mengatakan isu perubahan iklim merupakan tantangan yang besar, berdampak pada perubahan cuaca, bencana meteorologis, banjir, kekeringan dan perubahan kalender dan pola tanam sehingga mempengaruhi aspek penyediaan pangan.

Dalam upaya pengendalian perubahan iklim, KLHK sebagai National Focal Point dalam The United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) tengah mempersiapkan para delegasi RI untuk terlibat dalam Conference of the Parties (COP) ke 28 UNFCCC di Dubai, Persatuan Emirat Arab pada akhir bulan November tahun ini.

Suasana COP 28 UNFCCC diiringi dengan persoalan dunia yaitu triple planetary crisis yang meliputi perubahan iklim, polusi, dan hilangnya keanekaragaman hayati. Persoalan tersebut menjadi tantangan global yang sedang dihadapi saat ini dan memerlukan kolaborasi serta kerjasama baik bilateral maupun multilateral guna mempertahankan masa depan yang tetap layak huni, yaitu planet Bumi.