Bagikan:

MALUT - Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Ternate membersihkan "kali mati" dari sampah mengingat saat hujan, air limbah mengalir dari darat masuk laut sehingga bisa merusak biota.

"Memang, kasus matinya ribuan ikan di perairan Sasa Ternate, dipengaruhi sampah dari limbah organik yang terbawa banjir melalui 'kali mati', akibatnya biota laut dan ikan di perairan mati," kata Kabid Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan DLH Kota Ternate Syarif Tjan di Ternate, Maluku Utara (Malut), Jumat 29 September, disitat Antara.

Selain itu, ditemukan gas Hidrogen Sulfida (H2S) yang berasal dari lumpur dan limbah organik yang terbawa melalui "kali mati" saat hujan deras, ketika sampai laut mengakibatkan ikan di pesisir pantai mati.

Sebelumnya, DLH telah menerima hasil uji laboratorium dari Water Laboratory Nusantara di Kota Manado yang menyebutkan bahwa ikan mati di pesisir Pantai Ternate akibat limbah organik.

Berdasarkan hasil uji laboratorium, penyebab ribuan ikan mati di pesisir Pantai Sasa Ternate adanya limbah organik dari dua pabrik tahu dan air detergen dari aktivitas warga sekitar mencuci. Sebelumnya, DLH mengantongi sampel dari pabrik tahu dan memeriksa limbah parameter air limbah yang keluar dari instalasi pengolahan air limbah (ipal) pabrik tersebut.

Ia menjelaskan dua pabrik itu telah mengantongi ipal. Hanya saja, volume ipal tidak memadai untuk penampungan limbah, sehingga langkah selanjutnya harus menambah daya tampung agar retensi "time" air limbah dan proses limbah maksimal.

Hal itu, katanya, untuk menjaga biota laut tetap tumbuh dan perairan laut di Ternate tetap tidak tercemar limbah organik yang terbawa air melalui "kali mati" saat hujan deras.

Ia menjelaskan, DLH akan mengerahkan personel bersama-sama dengan masyarakat setempat untuk membersihkan kawasan "kali mati", guna mencegah membludak sampah di kawasan perairan Ternate, terutama saat musim hujan.

"Kami kerahkan personel bersihkan sampah di kawasan 'kali mati', karena saat musim hujan air yang menggenangi 'kali mati' membawa sampah dan mencemari keindahan laut Ternate," katanya.

Pihaknya setiap sepekan menerjunkan personel di kawasan-kawasan rawan sampah untuk melakukan penanganan, terutama kawasan "kali mati", seperti Tugurara dan Maliaro.

Ia menjelaskan sampah yang menumpuk di "kali mati" jika dibiarkan akan terbawa banjir saat musim hujan hingga laut, sehingga mencemari laut setempat.

Oleh karena itu, pihaknya berharap, seluruh aparatur di tingkat kelurahan maupun kecamatan untuk intensif melakukan pengawasan, menyusul banyak sampah bertebaran di tempat umum.

"Kami meminta agar adanya kesadaran dari masyarakat dalam mendukung Ternate kota bersih, sehingga areal yang tidak kosong maupun 'kali mati' tidak dijadikan sebagai tempat sampah," tandasnya.