Ilmuwan Temukan Fosil Dinosaurus Mirip Burung Berusia Sekitar 150 Juta Tahun di China
Ilustrasi Fujianvenator. (Sumber: Chuang Zhao Chinese Academy of Sciences)

Bagikan:

JAKARTA - Sebuah fosil dinosaurus aneh dengan kaki panjang dan lengan mirip sayap berusia sekitar 148 juta - 150 juta tahun ditemukan di Tiongkok tenggara, dengan anatomi membingungkan antara pelari cepat atau seperti halnya burung modern.

Fosil yang ditemukan di Provinsi Fujian dari Periode Jurassic itu diberinama Fujianvenator prodigiosus, dinilai akan membantu menjelaskan tahap evolusi penting dalam asal usul burung.

Pemimpin studi ahli paleontologi di Institute of Vertebrate Paleontology and Paleoanthropology of the Chinese Academy of Sciences Min Wang mengatakan, apakan Fujianvenator diklasifikasikan sebagai burung, bergantung pada bagaimana seseorang mendefinisikan seekor burung.

Ketika ditanya kata untuk menggambarkan Fujianvenator, Wang menjawab, "Saya akan mengatakan 'aneh.' Fujianvenator jauh dari serupa dengan burung modern mana pun," katanya seperti melansir Reuters 6 September.

Peristiwa luar biasa dalam evolusi dinosaurus terjadi ketika dinosaurus kecil, berbulu, dan berkaki dua dari garis keturunan yang dikenal sebagai theropoda memunculkan burung di akhir zaman Jurassic, dengan burung tertua yang diketahui, Archaeopteryx, berasal dari sekitar 150 juta tahun yang lalu di Jerman.

Fujianvenator adalah anggota kelompok yang disebut avialans yang mencakup semua burung dan kerabat terdekat dinosaurus non-unggas, kata Wang. Meski awalnya sederhana, burung selamat dari serangan asteroid 66 juta tahun lalu yang menghancurkan dinosaurus non-unggas lainnya.

Fosil Fujianvenator, yang ditemukan Oktober lalu, cukup lengkap namun tidak memiliki tengkorak dan bagian kaki hewan tersebut, sehingga sulit untuk menafsirkan pola makan dan gaya hidupnya.

fujianvenator
Ilustrasi Fujianvenator. (Sumber: Chuang Zhao Chinese Academy of Sciences)

Tulang kaki bagian bawah Fujianvenator, tibia, dua kali lebih panjang dari tulang pahanya. Dimensi seperti itu unik di antara theropoda, kelompok yang mencakup semua dinosaurus pemakan daging seperti Tyrannosaurus dan sejenisnya. Ia juga memiliki ekor bertulang panjang.

"Tungkai depan umumnya berbentuk seperti sayap burung, tetapi dengan tiga cakar di jari-jarinya, yang tidak ada pada burung modern. Jadi bisa disebut sayap. Tidak bisa ditentukan bisa terbang atau tidak. Berdasarkan ciri kerangkanya, Fujianvenator mungkin setidaknya tidak pandai terbang," jelas Wang.

"Fosil itu sendiri tidak mengawetkan bulu. Namun, kerabat terdekatnya dan hampir semua theropoda avialan yang diketahui memiliki bulu, dan bulu tersebar luas di kalangan dinosaurus. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika Fujianvenator memiliki bulu," tambah Wang.

Berdasarkan anatomi kakinya yang panjang, para peneliti mengusulkan dua kemungkinan gaya hidup, yaitu berlari cepat atau mengarungi lingkungan rawa seperti burung bangau atau bangau modern.

"Saya akan menaruh uang saya pada pelari," kata Wang seolah tebak-tebakan.

Para ilmuwan sendiri sedang mencari pemahaman yang lebih baik tentang asal usul burung serta dinosaurus non-unggas yang memiliki ciri-ciri mirip burung.

"Bagi saya, Fujianvenator mewakili bukti menarik lainnya yang menunjukkan penyebaran luas berbagai dinosaurus mirip burung yang hidup hampir pada waktu yang sama dan berbagi habitat serupa dengan keturunan burung mereka," ujar ahli paleontologi Zhonghe Zhou dari Institut Paleontologi Vertebrata dan Paleoantropologi, salah satu penulis penelitian yang diterbitkan dalam jurnal 'Nature'.

Diketahui, babak paling awal dalam sejarah burung masih belum jelas karena kurangnya fosil. Setelah Archaeopteryx, burung seukuran gagak dengan gigi, ekor bertulang panjang dan tanpa paruh yang fosilnya pertama kali ditemukan pada abad ke-19, terdapat jarak sekitar 20 juta tahun sebelum burung berikutnya muncul dalam catatan fosil.

"Satu hal yang pasti. Masih ada kesenjangan besar antara burung tertua yang diketahui dan burung tertua kedua yang diketahui," kata Zhou.