JAKARTA - Kemarau panjang sejak beberapa bulan terakhir membuat rerumputan dan tanaman di sejumlah makam yang ada di Blok Unit Islam TPU Karet Bivak, Kecamatan Tanah Abang, Jakarta Pusat, mulai mengering.
"Penyiraman mah rutin, tapi hawa panasnya tidak dapat tertahan oleh air yang disiram ke rerumputan," kata Nawi, salah satu perawat makam TPU Karet Bivak kepada VOI, Jumat, 22 September.
Nawi mengatakan, rusak dan mengeringnya rerumputan makam bukan karena tidak ada perawatan. Namun proses penyiraman air yang dilakukan tidak mampu menahan sinar panas matahari setiap hari.
"Yang begini bukan karena tidak terawat, tapi pasokan penyiraman air kurang. Airnya kalah sama (cuaca) panas. Disiram ya disiram, tapi cuacanya panas menyengat," katanya.
Nawi menjelaskan, seharusnya penyiraman dilakukan pada pagi dan sore hari.
"Harusnya 4 ceret pagi dan 4 ceret sore. Penyiraman rutin, pagi dan sore. Disini penyiraman pakai air jet pump atau air tanah, disini tidak ada air PAM karena tidak ada salurannya," katanya.
Menurutnya, banyaknya rumput yang kering di pusara makam baru kali ini terjadi di wilayah TPU Karet Bivak.
"Begini kondisinya kalau lagi kemarau, tapi kali ini lebih parah," ujar pria yang sudah 10 tahun menjadi perawat makam ini.
BACA JUGA:
Sejumlah makam pejuang 45 yang berada di Blok Unit Islam TPU Karet Bivak, Kecamatan Tanah Abang, Jakarta Pusat terlihat rusak tak terawat pada Jumat, 22 September, siang.
Berdasarkan pantauan VOI di lokasi, makam yang ditandai dengan patok besi berbentuk bendera merah putih dengan plang kecil bertuliskan 'Pejuang 45' di bawah bagian bendera merupakan makam mantan Pejuang 1945 yang gugur dalam merebut kemerdekaan RI.
"Kalau yang ada tanda benderanya makam pejuang 45, tapi bukan pahlawan besar. Dia hanya pejuang yang ikut berjuang dan gugur pada era 1945," kata Ahmad Syafe'i, salah satu pengunjung makam kepada VOI di lokasi TPU Karet Bivak, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Jumat, 22 September.