Upaya Mencari Pembawa COVID-19 ke Italia
Ilustrasi (Pixabay)

Bagikan:

JAKARTA - Melonjaknya kasus virus corona atau COVID-19 di Italia mengejutkan berbagai kalangan. Pasalnya ketika di China--yang merupakan negara pertama kalinya COVID-19 ditemukan--, kini kasusnya cenderung turun. Justru virus tersebut menyebar semakin parah di negara lain. 

Laporan terakhir mengatakan bahwa terdapat 232 kasus COVID-19 di Italia. Sebanyak 7 orang dinyatakan meninggal akibat kasus tersebut dan 1 orang berhasil sembuh. 

Dalam sebuah konferensi pers, Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, WHO khawatir tentang situasi di Republik Islam Iran dan Italia.

Meski demikian, Ghebreyesus mengatakan, wabah itu masih belum mencapai tingkat pandemi. Pandemi adalah epidemi yang telah menyebar di beberapa negara atau benua, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS.

"Ada banyak spekulasi tentang apakah peningkatan ini berarti bahwa epidemi ini sekarang telah menjadi pandemi. Apakah virus ini berpotensi menjadi pandemi? Tentu saja. Apakah kita sudah sampai tingkat itu? Dari penilaian kami, belum," tegas Ghebreyesus. 

WHO juga mengumumkan, sebuah tim berencana untuk mengunjungi Iran dan tim yang berbeda juga akan mengunjungi Italia. 

Otoritas Italia mengatakan, belum menemukan pembawa virus pertama di negara itu atau yang biasa disebut 'pasien nol'. Tak hanya pihak otoritas Italia, para ahli juga masih belum tahu mengapa Italia, negara yang mengambil langkah-langkah pencegahan dini, dapat mengalami wabah tersebut. 

Italia adalah negara Uni Eropa pertama yang melarang penerbangan ke dan dari China. Meskipun WHO menentang larangan penerbangan, banyak negara kemudian mengikuti langkah Italia dalam pelarangan perjalanan ke dan dari China. 

"Kami masih belum dapat mengidentifikasi pasien nol, sehingga sulit untuk memperkirakan kemungkinan kasus baru," kata Angelo Borrelli, Kepala Badan Perlindungan Sipil Italia, dikutip dari CNN

Orang pertama yang terinfeksi COVID-19 merupakan seorang peneliti di Unilever. Ia mengalami gejala COVID-19 setelah menghadiri makan malam di mana ada seorang rekannya yang baru saja kembali dari China. Namun setelah dilakukan pemeriksaan, temannya tersebut negatif COVID-19. 

Di sisi lain, ahli virologi Ilaris Capua dari University of Florida mengatakan bahwa Italia, yang telah menguji lebih dari 3.000 orang untuk mencari pasien nol, mungkin memiliki jumlah kasus yang tinggi karena mereka “secara aktif mencari penderita COVID-19". 

Negara-negara tetangga Italia mulai mengambil tindakan antisipasi mencegah COVID-19 mewabah. Kementerian Kesehatan Prancis menyarankan siapa pun yang kembali dari wilayah Lombardy, Italia, yang mana kasus COVID-19 sering ditemukan, untuk mengenakan masker di ruang publik Prancis. 

Sementara, Austria menangguhkan layanan kereta api dari Pegunungan Alpen ke Italia selama empat jam pada Minggu 23 Februari 2020. Hal tersebut dilakukan karena terdapat dua orang turis asal Jerman yang mengaku demam. Setelah dites, kedua turis tersebut negatif COVID-19. 

Ilustrasi (Pixabay)

Tindakan Pemerintah Italia

Langkah pengamanan ditingkatkan setelah seorang pria asal Veneto, Italia, yang berusia 78 tahun yang terinfeksi COVID-19 meninggal dunia. Sebuah postmortem dilakukan pada seorang wanita berusia 77 tahun di Lombardy, dikonfirmasi bahwa dia juga terinfeksi COVID-19. Namun masih belum jelas apakah COVID-19 yang menyebabkan kematiannya. 

Wanita tersebut dilaporkan telah pulih dari radang paru-paru dan mengunjungi UGD sebuah rumah sakit di Codogno, beberapa jam setelah seorang pria berusia 38 tahun terkena COVID-19 dan melewatinya.

Namun Italia juga menerapkan langkah-langkah yang dapat dibilang kejam. Melansir The Guardian, negara tersebut mencoba menghentikan wabah COVID-19 dengan mengenakan denda pada siapa pun yang tertangkap masuk atau meninggalkan daerah wabah. 

Polisi berpatroli di 11 kota, sebagian besar berpatroli di Lombardy, yang mana telah diisolasi sejak Jumat 21 Februari 2020 malam. Saat ditentukan pengisolasian, terdapat korban meninggal akibat COVID-19 di kota tersebut.

Sekolah dan universitas juga telah ditutup di seluruh wilayah dan masyarakat disarankan untuk bekerja dari rumah. Selain itu, museum juga telah ditutup, acara-acara yang melibatkan banyak orang seperti konser dan pertandingan olahraga juga dibatalkan.