JAKARTA - Bakal Calon Presiden (Bacapres) Prabowo Subianto belum menentukan sosok pendampingnya dalam Pemilihan Umum (Pemilu) 2024. Namun, Ketua Umum Partai Gerinda itu disarankan untuk memilih Yusril Izha Mahendra sebagai Bakal Calon Wakil Presiden (Bacawapres).
Pengamat Politik dari Lembaga Riset Publik (LRP) Muhammad Al-Fatih menilai sosok cawapres untuk Prabowo bukan saja mampu mendongkrak elektabilitas. Tetapi juga mampu membantu menjalankan tugas.
Selain itu, sosok cawapres juga harus bisa membantu menata kehidupan bernegara yang “kisruh” pasca amandemen UUD 45.
“Saya menyarankan agar Prabowo memilih cawapres dari parpol non parlemen yang bisa menjadi “jalan tengah” yang bisa diterima. Baik oleh Gerindra sendiri maupun Golkar, PAN, Demokrat, Gelora dan PSI. Bacawapres jalan tengah itu ada pada Ketua Umum PBB, Prof. Yusril Ihza Mahendra,” katanya.
Selain latar partai non parlemen dan pengalaman eksekutifnya, Yusril disebut sebagai seorang negarawan dan intelektual, terutama sebagai pakar hukum tata negara (HTN).
Berdasarkan latar kesukuan, Yusril dapat mewakili kelompok di luar Jawa. Ia merupakan seorang Melayu-Minangkabau yang lahir dan besar di Belitung
Hal Ini bisa menjadi simbol perekat persatuan dan kesatuan bangsa kita yang majemuk.
"Kombinasi Prabowo-Yusril ibarat dwi-tunggal Soekarno-Hatta," ungkapnya.
Selain itu, Yusri juga dinilai sebagai politisi Islam moderat yang dapat diterima oleh golongan modernis dan tradisionalis. Terlebih, dikatakan bila Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid alias Gus Dur sempat menyampaikan bila kakek Yusril adalah ulama NU kultural, ayahnya Masyumi.
BACA JUGA:
Dengan dasar itu, Yusril dinilai akrab dengan amalan-amalan keagamaan yang dipraktikkan kalangan NU. Sehingga, tak heran Yusril akrab dengan keluarga Hadratusyeikh Hasyim Asy'ari.
“Dengan demikian, secara pribadi saya nilai hal ini yang tidak dimiliki oleh calon lain yang disebut-sebut sebagai bakal calon wakil presiden dari Prabowo,” kata Al-Fatih.