Bagikan:

PALEMBANG - Kepala Seksi Pencemaran Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup dan Pertanahan (DLHP) Provinsi Sumatera Selatan Rezawahya menyebutkan, kualitas udara di Kota Palembang dan Kabupaten Ogan Ilir masih belum membaik.

Rezawahya mengatakan angka Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) di Palembang saat ini berkisar di angka 112 hingga 116 yang menandakan belum membaik, namun sudah mengalami penurunan yang cukup signifikan.

“ISPU di Palembang saat ini sedang turun, biasanya di angka 140 seperti dua hari lalu, hari ini turun menjadi 112-116 jadi bisa dikatakan bisa mendekati sedang. Kalau dua hari lalu itu malah ditakutkan masuk ke kategori sangat tidak sehat, tetapi per hari ini bisa dikatakan cukup membaik,” katanya dilansir ANTARA, Selasa, 19 September.

Jika nilai ISPU PM 2.5 itu puncaknya terjadi pada saat tengah malam sekitar pukul 00.00 hingga 03.00 WIB, yang mana asap tersebut dari ditimbulkan dari kebakaran yang melanda Kabupaten Ogan Ilir ataupun Ogan Komering Ilir.

"Kenaikannya itu biasanya malam jam 00.00 sampai subuh jam 03.00 WIB, lalu pagi dari jam 07.00 sampai 08.00 WIB itu dia turun dan sekitar jam 09.00 sampai jam 12.00 siang itu kembali naik lagi," jelasnya.

Dalam keadaan ini masyarakat masih bisa beraktifitas seperti biasa, akan tetapi tetap diwajibkan untuk menggunakan masker mengingat sekarang status ISPU di Kota Palembang masih tidak sehat.

"Untuk balita, lansia, apalagi yang punya riwayat penyakit seperti asma itu disarankan untuk tidak beraktifitas dulu di luar, karena sangat rentan apalagi kalau angka sudah mencapai 150," lanjutnya.

Ada lima kategori menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan nomor 14 tahun 2020, dari 0 - 50 untuk kategori baik, 50-100 kategori sedang, 100-200 tidak sehat, 200-300 sangat tidak sehat, diatas 300 berbahaya.

"Mudah-mudahan kita tidak masuk ke kategori berbahaya, tapi kita tetap harus waspada juga karena kita sudah hampir mendekati kategori angka 150. Walaupun ini mungkin masih belum separah tahun 2019 lalu karena di tahun itu sudah mencapai angka 300, itu akan mengganggu jarak pandang juga," ucapnya.

Meski tidak separah tahun 2019 lalu tetapi untuk di daerah perairan jarak pandang masih sangat terbatas.

"Itu karena semua asap biasanya berkumpul di daerah perairan, makanya lebih terlihat kabut asapnya. Saya juga sempat khawatir kemarin waktu masih di angka 180, karena kalau lebih dari dua hari bertahan di angka segitu pasti akan membahayakan sekali untuk aktifitas terutama mobilitas transportasi kita," ujar Reza.