SURABAYA - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Timur mencatat 500 Desa tersebar di 22 dari 38 kabupaten/kota di Jatim mengalami kekeringan kirits. Kering kritis adalah kategori kekeringan, dengan pusat sumber air bersih berada lebih dari 3 kilometer (km) dari permukiman warga.
"Sepanjang musim kemarau 2023 ini ada 500 desa kering kritis, lebih sedikit dibanding tahun 2022 lalu sebanyak 513 desa. Itu tersebar di 22 kabupaten di Jatim yang mengalami kekeringan kritis," kata Kepala Pelaksana BPBD Jatim, Gatot Soebroto, Jumat, 15 September.
Adapun 22 daerah mengalami kekeringan kritis itu, yakni Kabupaten Tuban, Lamongan, Bojonegoro, Gresik, dan Mojokerto. Lalu Kabupaten Kediri, Bojonegoro, Ponorogo, Nganjuk, Trenggalek, Tulungagung, Situbondo, Blitar.
Selanjutnya Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Probolinggo, Pacitan, Bangkalan, Sampang, Pamekasan, Bondowoso, Jember, Sumenep, dan Kabupaten Malang.
BACA JUGA:
Gatot mengatakan pihaknya sejauh ini telah melaksanakan dropping air bersih, ke beberapa desa terdampak berstatus kering kritis. Pengiriman air bersih di antaranya telah dilakukan di Kabupaten Situbondo, Jember, Lumajang, Malang, dan lainnya.
BPBD Jatim menyarankan 22 daerah yang mengalami kekeringan kritis, agar segera mengeluarkan status siaga darurat kekeringan. Tujuannya agar bisa memaksimalkan bantuan, sesuai aturan yang ada.
"Sehingga, wilayah yang sudah mengeluarkan SK bisa mengeluarkan dana Belanja Tak Terduga (BTT) untuk mendukung giat distribusi menangani kekeringan. Saat ini baru 20 daerah yang sudah mengeluarkan SK darurat kekeringan," katanya.