Bagikan:

JAKARTA - Pengamat dan ahli dari berbagai kalangan meragukan alutsista baru Korea Utara yang diklaim sebagai kapal selam serang nuklir taktis, kendati itu dipuji oleh Pemimpin Pyongyang Kim Jong-un.

Diberi nama 'Hero Kim Kun Ok' dengan nomor lambung 841, peluncuran kapal tersebut berlangsung dengan meriah, dihadiri langsung oleh Kim Jong-un pada Hari Rabu, menurut kantor berita negara KCNA.

Pemimpin Kim seperti dikutip KCNA mengatakan, "kapal tersebut dilengkapi dengan sejumlah besar sarana pengiriman nuklir, mampu melakukan serangan pencegahan dan pembalasan terhadap negara-negara yang bermusuhan".

Selain itu, Pemimpin Kim juga dikatakan telah meminta negara tersebut untuk mengubah semua kapal selam berukuran sedang, menjadi versi yang berkemampuan nuklir.

"Perlu memberikan dorongan yang lebih besar pada pembangunan kapal selam bertenaga nuklir, untuk memperkuat dan mengembangkan angkatan laut kita menjadi kekuatan militer dengan kekuatan maritim kelas dunia," kata Pemimpin Kim, mengutip CNN dari KCNA 8 September.

kapal selam baru korea utara
Peluncuran kapal selam baru Korea Utara. (Sumber: KCNA)

Upacara peluncuran tersebut dilakukan ketika Korea Utara akan memperingati 75 tahun berdirinya negara tersebut pada Hari Sabtu, serta menyusul laporan Pemimpin Kim berencana melakukan perjalanan ke Rusia bulan ini untuk bertemu dengan Presiden Vladimir Putin guna membahas pasokan senjata ke Moskow, seperti dikutip dari Reuters.

Namun, Joint Chiefs of Staffs (JCS) Korea Selatan mencemooh klaim tersebut dalam sebuah pernyataan pada Hari Jumat, mengatakan kapal selam baru itu tampaknya "tidak mampu beroperasi secara normal", dan memperingatkan ada tanda-tanda bahwa Korea Utara mencoba melebih-lebihkan kemampuannya.

Selain Seoul, para ahli Barat juga menyampaikan keraguannya, baik mengenai potensi rudalnya maupun apakah Korea Utara akan mampu membangun lebih dari satu kapal semacam itu.

kapal selam korea utara
Peluncuran kapal selam baru Korea Utara. (Sumber: KCNA)

Para analis AS meyakini, kapal selam tersebut, yang pertama kali terungkap sedang dibangun empat tahun lalu, bertenaga konvensional tetapi mungkin mampu meluncurkan rudal balistik berhulu ledak nuklir.

Sedangkan pakar kapal selam H.I. Sutton, yang menulis di situs web Naval News, kapal baru ini tampaknya didasarkan pada kapal selam kelas Romeo yang dirancang era Uni Soviet.

Menurut Nuclear Threat Initiative, Korea Utara telah memiliki 20 kapal selam kelas Romeo bertenaga diesel elektrik dalam armadanya yang diperkirakan berjumlah 64 hingga 86 kapal selam.

Para analis mengatakan kapal tersebut tampaknya merupakan kapal selam kelas Romeo era Uni Soviet yang dimodifikasi, yang diperoleh Korea Utara dari Tiongkok pada tahun 1970an dan mulai diproduksi di dalam negeri. Desainnya, dengan 10 lubang tabung peluncuran, menunjukkan kemungkinan besar pesawat itu dipersenjatai dengan rudal balistik dan rudal jelajah, kata para analis.

kapal selam korea utara
Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un menghadiri peluncuran kapal selam baru. (Sumber: KCNA)

Korea Utara sendiri telah menguji coba rudal balistik yang diluncurkan dari kapal selam (SLBM) sebanyak sembilan kali sejak tahun 2015, yang terakhir pada tahun 2022, menurut Database Uji Coba Rudal Korea Utara milik Pusat Studi Nonproliferasi James Martin (CNS).

Namun, analis lain mengatakan masih belum jelas apakah kapal selam baru ini mampu meluncurkan SLBM. Yang lainnya bahkan lebih skeptis.

Carl Schuster, pensiunan kapten Angkatan Laut AS dan mantan direktur operasi di Pusat Intelijen Gabungan Komando Pasifik AS mengatakan, kapal selam yang baru diluncurkan itu mungkin masih membutuhkan waktu dua tahun lagi untuk dapat beroperasi secara penuh.

Dikatakannya, pemasangan dan pengujian mesin dan komponen internal kapal selam ini akan memakan waktu sekitar 18 bulan, kemudian akan ada uji coba laut dan pelatihan selama enam bulan.

Bahkan jika dan ketika kapal selam itu beroperasi penuh, ada beberapa pihak yang meragukan keefektifan rudal yang diluncurkan dari kapal selam Pyongyang.

"Rudal berbasis darat Pyongyang, yang jauh lebih dapat bertahan dan hemat biaya daripada kekuatan (kapal selam rudal balistik), kemungkinan besar akan tetap menjadi andalan pasukan nuklir dan rudalnya," tulis Vann Van Diepen, mantan pejabat pemerintah AS yang menangani masalah senjata pemusnah massal di situs web 38 North pada Bulan Juli.

Diketahui, semua kapal selam Angkatan Laut AS, baik jenis rudal serang maupun balistik, bertenaga nuklir. Rusia, Tiongkok, Inggris, Prancis dan India juga mengoperasikan kapal selam bertenaga nuklir.