JAKARTA - Pengamat politik Rocky Gerung batal diklarifikasi terkait dugaan ujaran kebencian terhadap Presiden Joko Widodo di Bareskrim Polri, hari ini. Rocky meminta proses permintaan keterangan ditunda lusa.
"Hari ini yang bersangkutan tidak bisa hadir untuk pemeriksaan," ujar Direktur Tindak Pidana Umum Bareskrim Polri Brigjen Djuhandhani Rahardjo Puro saat dikonfirmasi, Senin, 4 September.
Namun, tak dijelaskan alasan Rocky Gerung tidak dapat hadir untuk memenuhi panggilan klarifikasi tersebut.
Hanya dikatakan informasi ketidakhadiran pengamat politik itu sudah disampaikan kepada penyelidik oleh tim pengacaranya.
Djuhandhani juga menyampaikan pihak Rocky Gerung meminta penjadwalan ulang klarifikasi pada lusa.
"Meminta pemeriksaan diundur tanggal 6 September," kata Djuhandhani.
BACA JUGA:
Proses klarifikasi terhadap Rocky Gerung merupakan tindak lanjut dari puluhan laporan polisi (LP) yang telah diterima dari seluruh polda jajaran.
Puluhan laporan itu diputuskan ditarik penangannya ke Bareskrim Polri.
Rinciannya, Bareskrim Polri menerima dua laporan, Polda Metro Jaya tiga laporan, Polda Kalimantan Timur 11 laporan, Polda Kalimantan Tengah tiga laporan, dan Polda Sumatera Utara dua laporan.
Kemudian, dari puluhan laporan itu, tim penyelidik masing-masing polda sudah melakukan berita acara interview (BAI) kepada para saksi. Setidaknya, ada 85 saksi dan ahli yang telah dimintai keterangan.
"Telah di BAI sebanyak 72 saksi dan 13 ahli," kata Djuhandhani.
Pelaporan terhadap Rocky Gerung berawal dari konten podcast yang ditayangkan di YouTube Refly harun. Pernyataan Rocky Gerung dalam acara tersebut dianggap berisi unsur penghinaan terhadap Jokowi dan tidak etis.
Beberapa ucapan atau pernyataan Rocky Gerung yang dianggap berunsur ujaran kebencian yakni;
"Begitu Jokowi kehilangan kekuasaannya dia jadi rakyat biasa, enggak ada yang peduli nanti. Tetapi Jokowi ambisi Jokowi adalah mempertahankan legacy-nya. Dia menawarkan IKN, mondar-mandir ke koalisi, untuk mencari kejelasan nasibnya," ucap Rocky dalam video tersebut.
"Dia mikirin nasibnya bukan nasib kita, itu b*j*ng*n yang t*l*l, sekaligus b*j*ng*n pengecut. Kalau dia b*j*ng*n pintar, dia mau terima berdebat dengan Jumhur Hidayat. Ajaib, b*j*ng*n tapi pengecut," lanjut Rocky mengkritik Jokowi.