Luhut Sebut Direksi LPI Akan Terpilih Pekan Depan, Salah Satunya adalah Keponakannya Sendiri
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan. (Foto: Instagram @luhut,pandjaitan)

Bagikan:

JAKARTA - Pemerintah telah mendirikan Dewan Pengawas Sovereign Wealth Fund (SWF) alias Lembaga Pengelola Investasi (LPI) Indonesia atau Indonesia Investment Authority (INA). Lembaga tersebut didirikan melalui Undang-Undang (UU) Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja. Namun, hingga saat ini nama-nama yang masuk dalam jajaran direksi LPI belum diungkap ke publik.

Menteri Koordinator bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menargetkan nama-nama yang mengisi kursi direksi LPI akan diumumkan pada pekan depan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi).

"Jadi, saya harap pekan ini atau di pekan depan kita bisa mengumumkan siapa BOD-nya yang akan urus investasi di Indonesia. Kita percaya, mereka bisa mendapatkan yang terbaik untuk menjalankan organisasi ini," ujarnya, dalam acara Mandiri Investment, Rabu, 3 Februari.

Menurut Luhut, tujuan pembentukan LPI agar ke depan Indonesia banyak mendapatkan peluang investasi. Dengan LPI, investor dapat masuk ke Tanah Air. Investasi tersebut bisa mendorong pertumbuhan ekonomi dan membantu pergerakan sendi-sendi ekonomi dalam negeri.

Luhut mencontohkan, selama ini pertumbuhan ekonomi ditopang oleh sektor usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Bahkan, selama pandemi ini, industri kecil dan menengah menjadi penyelamat perekonomian nasional. Namun, ia mengakui, selama ini kepedulian pemerintah terhadap UMKM ini masih belum maksimal.

"Kita juga percaya bahwa tulang punggung dari ekonomi kita adalah UMKM tersebut. Kita bicara banyak sekali tentang UMKM tapi kita memberikan sangat sedikit," jelasnya.

Terkait dengan direksi LPI, berdasarkan informasi yang beredar, terdapat beberapa nama yang disinyalir akan menjadi kandidat kuat sebagai pentolan dari LPI ini. Mereka adalah Pandu Patria Sjahrir, Komisaris Bursa Efek Indonesia; lalu mantan Direktur Keuangan Pertamina Arief Budiman, Presiden Direktur PT Indika Energy Arsjad Rasjid, CEO PT Bank CIMB Niaga Tigor Siahaan, serta Presiden Direktur PT Credit Suisse Sekuritas Indonesia Rizal Gozali.

Namun, saat ini nama-nama calon direksi LPI sudah mengerucut menjadi tiga nama. Mereka adalah Pandu Patria Sjahrir, Arief Budiman serta Tigor Siahaan.

1. Pandu Patria Sjahrir

Pandu lahir di Boston tahun 1979 lalu. Ia tercatat masih menjabat sebagai direktur di PT Toba Bara Sejahtra Tbk yang kini beralih nama menjadi TBS Energi Utama dengan kode saham TOBA di Bursa Efek Indonesia.

TOBA adalah perusahaan yang diinisiasi oleh paman Pandu yang kini adalah Menko Kemaritiman dan Investasi (Marinvest) Luhut Binsar Pandjaitan.

Sebelum di Toba Bara, Pandu yang juga adalah anak ekonom Doktor Sjarir ini juga pernah menjabat sebagai Analis Senior dengan spesialisasi sektor energi dan pertambangan di Matlin & Patterson (2007-2010), Principal di Byun & Co, Alternative Energy Fund Asia (2002-2005), dan sebagai Analis di Lehman Brothers (2001-2002). 

Tak hanya itu, Pandu juga tercatat banyak masuk di perusahaan startup. Managing Partner Indies Capital ini,  sejak April 2017 menjadi komisaris di Gojek Indonesia serta Presiden Komisaris di SEA Group Indonesia yang menaungi Shopee. Sejak 30 Juni 2020, Pandu juga tercatat sebagai Komisaris BEI  dengan masa jabatan 2020-2023.

2. Tigor Siahaan

Tigor saat ini tercatat sebagai President Director and CEO Utama PT Bank CIMB Niaga Tbk. Dia diberi mandat oleh CIMB Group asal Malaysia pada 2015 hingga sekarang guna mendorong kinerja perusahaan yang sempat merosot.

Saat ini, Tigor menjadi orang nomor satu di bank  dengan kode saham CIMB di Bursa Efek Indonesia. CIMB Niaga dimiliki oleh pengelola dana SWF-nya pemerintah Malaysia lewat CIMB Group Sdn Bhd dengan kepemilikan saham sebesar 91,48 persen per 30 Desember 2020.

3. Arief Budiman

Arief adalah jebolan Institut Teknologi Bandung jurusan Teknik Industri pada 1996. Arief tercatat sebagai TIm Pengkaji Pembentukan SWF dari unsur Kementerian BUMN. Dalam perjalanan kariernya, pria kelahiran tahun 1974 ini pernah menjadi komisaris PT Pertamina EP Cepu pada 30 Maret 2015.

Peraih gelar Master Business Administration (honors) dari Wharton School University of Pennsylvania ini ini juga pernah menjadi konsultan di Booz Allen & Hamilton, Asia, Merrill Lynch, Associate Booz Allen & Hamilton US, Arief juta sempat menjadi direktur keuangan PT Pertamina serta sempat menjadi Direktur Utama PT Danareksa.

Sekadar informasi, LPI merupakan lembaga yang bertujuan untuk merespons kebutuhan pembiayaan dan penambahan investasi melalui Foreign Direct Investment (FDI). Tujuan investasi pemerintah melalui payung hukum tersebut adalah untuk memperoleh manfaat ekonomi, manfaat sosial, serta memberikan sumbangan bagi perekonomian nasional.

Selain itu, LPI juga bisa dijadikan sebagai vehicle pemerintah atau BUMN untuk meningkatkan nilai asetnya. Aset negara atau BUMN tertentu dapat dipindahtangankan atau dititipkan untuk dikelola oleh LPI secara lebih baik.

Adapun, pendirian LPI diawali dengan pemberian modal sebesar Rp15 triliun yang nanti secara bertahap akan dikembangkan menjadi Rp75 triliun pada tahun 2021. Untuk penambahan modal di kemudian hari akan dilakukan melalui PMN dan kapitalisasi laba ditahan di LPI. 

Nantinya, sebanyak 10 persen dari laba LPI yang diperoleh setiap tahunnya direncanakan akan disisihkan untuk membentuk cadangan wajib. Penyisihan laba untuk cadangan wajib bisa dihentikan ketika akumulasi cadangan wajib sudah mencapai 50 persen modal LPI pada saat ini.

Sementara itu, bagian laba yang tidak dimasukkan ke cadangan wajib akan menjadi laba ditahan. Apabila akumulasi laba ditahan sudah melebihi 50 persen dari modal LPI, kelebihannya baru dapat digunakan sebagai pembagian laba untuk pemerintah paling banyak 30 persen dari laba tahun sebelumnya.