Presiden Zelensky Bersumpah Bebaskan Krimea yang Dicaplok Rusia Tahun 2014
Presiden Zelensky saat mendengarkan pengarahan dari militer Ukraina. (Sumber: President.gov.ua)

Bagikan:

JAKARTA - Presiden Volodymyr Zelensky bersumpah untuk membebaskan Krimea, wilayah Ukraina yang diduduki oleh Rusia Sewindu yang lalu, membela taktik serangan balasannya yang menuai kritik pada Hari Rabu.

Rusia mencaplok Semenanjung Krimea pada tahun 2014 silam, langkah yang tidak pernah diakui mayoritas negara di dunia, sera melakukan invasi skala penuh ke wilayah selatan dan timur Ukraina pada Februari 2022 lalu.

"Krimea akan dibebaskan dari pendudukan seperti wilayah-wilayah lain di Ukraina yang sayangnya masih berada di bawah penjajah," kata Presiden Zelensky dalam sebuah pidato di konferensi internasional tentang Krimea di Kyiv, melansir Reuters 24 Agustus.

Pasukan Ukraina diketahui telah memulai serangan balasan untuk merebut kembali wilayah yang diduduki Rusia pada awal Juni. Namun, kemajuannya lambat karena tantangan ladang ranjau dan parit yang luas, terutama di wilayah tenggara, serta tidak adanya dukungan udara yang memadai.

Presiden Zelensky mengatakan pasukannya memeroleh kemajuan dalam serangan balasan, namun pihaknya tidak menetapkan target waktu untuk merebut kembali Krimea atau wilayah lain yang diduduki Rusia.

Mengutip pejabat AS dan Barat lainnya, The New York Times pada Hari Rabu mengatakan Ukraina sedang berjuang untuk menerobos garis pertahanan Rusia yang sangat kuat di selatan, karena mengonsentrasikan terlalu banyak tentaranya di wilayah yang salah, seperti di timur.

Ditanya mengenai pergerakan militer Ukraina pada sebuah konferensi pers setelah pidatonya, Presiden Zelensky menguraikan risiko-risiko yang akan dihadapi jika memindahkan pasukan dari front timur, di mana, katanya, Rusia memiliki sekitar 200.000 tentara.

"Usulannya begini. Mari kita ambil pasukan kita, angkatan bersenjata dari sana, dan pindahkan mereka ke suatu tempat," katanya, kemudian melanjutkan dengan membuat daftar kota-kota yang menjadi lebih rentan terhadap serangan Moskow..

"Saya pikir, setelah itu akan terjadi hal-hal berikut. Beberapa hari - Sloviansk, Kramatorsk; kemudian mereka akan pergi ke Pavlohrad (...) Saya yakin itulah harapan yang mereka miliki. (Kemudian) Kharkiv," urainya.

"Kami tidak akan menyerahkan Kharkiv, Donbas, Pavlohrad atau Dnipro," tegas Presiden Zelensky.

Sejauh ini, Rusia tidak menunjukkan tanda-tanda akan meninggalkan Krimea, yang telah digunakannya sebagai landasan untuk meluncurkan serangan rudal ke target-target serangan di Ukraina.

Moskow berdalih, referendum yang diadakan setelah pasukan Rusia merebut semenanjung tersebut menunjukkan, warga Krimea benar-benar ingin menjadi bagian dari Rusia, kendati referendum tersebut tidak diakui oleh sebagian besar negara di dunia.

Presiden Zelensky mengatakan, begitu Krimea kembali di bawah kendali Ukraina, Krimea akan menjadi bagian dari ekonomi Ukraina dan oleh karena itu menjadi bagian dari ekonomi global.

"Hari ini kami mengambil langkah ekonomi pertama. Kami menandatangani dokumen pertama dengan perusahaan-perusahaan yang siap untuk masuk ke Krimea setelah Ukraina," tandasnya, tanpa merinci lebih jauh.