Bagikan:

JAKARTA - Industri ritel di Tanah Air masih berdarah-darah untuk bertahan di tengah tekanan pandemi COVID-19. Di awal tahun 2021 ini, kondisi buruk dialami PT Matahari Department Store Tbk (LPPF) dan PT Hero Supermarket Tbk (HERO). Keduanya harus memutar otak agar bisnis tetap berjalan, meskipun harus menutup sebagian toko.

Tak hanya karena pandemi, pembatasan jam operasional pusat perbelanjaan di wilayah Jawa dan Bali yang dikeluarkan pemerintah di awal tahun ini membuat sektor ritel bidang fashion babak belur. Ritel yang paling terkena dampak adalah department store. Karena bagaimanapun, keputusan buka tidaknya ritel tergantung dari kebijakan pemilik pusat perbelanjaan.

Di tengah kacaunya bisnis ritel akibat pandemi COVID-19, peritel milik Lippo Group, PT Matahari Department Store Tbk melaporkan kinerja mereka di tahun 2020. Matahari departemen store membukukan penurunan kinerja pada 2020.

Mengutip dari laman keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa 2 Februari, manajemen emiten berkode saham LPPF tersebut menjelaskan, penjualan kotor yang diraih perseroan pada 2020 mencapai Rp8,6 triliun. Nilai itu menurun 52,3 persen year on year (yoy) dari Rp18,03 triliun pada 2019.

Laba kotor juga turun 54 persen menjadi Rp2,82 triliun dari sebelumnya Rp6,12 triliun. EBITDA atau laba sebelum pajak pengelola gerai Matahari ini pun minus Rp22 miliar dibandingkan raihan Rp2,21 triliun pada 2019.

Alhasil, Matahari mencatatkan rugi bersih Rp823 miliar pada 2020. Nilai itu jauh berbanding terbalik dari laba senilai Rp1,37 triliun pada 2019.

Foto: Dok. Matahari Department Store

Lebih lanjut, Matahari Dept Store mengoperasikan 147 toko pada 2020. Namun pada kuartal IV 2020, mereka menutup 4 gerai yang tidak menguntungkan, sehingga total selama 2020 perusahaan menutup operasi 25 toko.

Sementara itu, 23 toko dari 147 toko berada dalam daftar pantauan. Bahkan kabarnya, manajemen akan menutup 6 gerai dari 23 toko dalam daftar pantauan tersebut pada tahun 2021 ini.

Tak hanya ritel fashion, industri ritel makanan di Indonesia akhir-akhir ini juga sangat dipengaruhi oleh kondisi pasar. Belum berakhirnya pandemi juga berkontribusi pada perubahan perilaku belanja pelanggan di toko-toko ritel. Terlebih, sektor ritel menjadi industri yang berhadapan langsung dengan masyarakat.

Giant Margo City Depok Tutup

Gerai supermarket Giant di pusat perbelanjaan Margo City, Depok, Jawa Barat, tak mampu lagi bertahan dari tekanan pandemi COVID-19. Bisnis ritel milik PT Hero Supermarket Tbk ini dikabarkan akan tutup permanen per Maret 2021.

Head of Corporate and Consumer Affairs PT Hero Supermarket Tbk, Dicky Risbianto mengatakan penutupan supermarket Giant di Margo City karena pembeli sepi, dampak dari pandemi COVID-19. Terlebih sejak pembatasan ketat kembali diberlakukan awal tahun 2021.

"Saat ini kami telah memutuskan untuk melakukan penutupan toko dengan format hypermarket di dalam mal, dalam hal ini yaitu Giant Margo City," katanya, saat dikonfirmasi, Selasa, 2 Februari.

Saat ditanya mengenai total gerai Giant yang telah ditutup selama pandemi COVID-19, Dicky enggan mengungkapnya. Namun, dirinya menekankan bahwa pihaknya tengah melakukan transformasi bisnis.

"Seperti yang telah diumumkan, kami sedang melakukan transformasi bisnis. Ini artinya ada penutupan toko. Namun juga berarti bahwa toko lain sedang dirancang kembali dan direnovasi, yang semuanya akan mengarah pada bisnis yang lebih berkelanjutan dan kuat di masa depan," jelasnya.

Terkait karyawan yang akan dirumahkan, Dicky memastikan, mereka menerima hak-hak mereka sesuai dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, yang bertindak sesuai hukum serta aturan yang berlaku.

"Kami telah berkomunikasi secara jelas dengan semua karyawan dan selama ini kami bekerja keras untuk memperlancar transisi sebaik mungkin dan memperlakukan semua dengan adil dan hormat," tuturnya.

Sebagai gambaran, ini bukan kali pertama Hero memutuskan untuk menutup lini bisnisnya. Bahkan penutupan sudah pernah terjadi jauh sebelum pandemi COVID-19 hadir di Tanah Air.

Pada Juli 2019, Hero diketahui menutup 6 gerai Giant milik mereka. Lesunya daya beli masyarakat kala itu, jadi sebab gerai-gerai tersebut mesti gulung tikar.