Seorang Anak Korban Kekerasan KKB di Papua Kini Bisa Bersekolah Lagi
Foto: Istimewa

Bagikan:

JAKARTA - Salmon Y.I Tepmul harus putus sekolah sejak dua tahun lalu. Hal tersebut terjadi pasca pembakaran kampung halamannya di Distrik Kiwirok, Kabupaten Pegunungan Bintan, Papua, oleh kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) Papua.

Salmon, saat terjadi kerusuhan Kiwirok pada September 2021 lalu, dirinya masih bersekolah di SD Negeri dan duduk di kelas 3. Namun kerusuhan di tahun tersebut membuat dia dan puluhan anak anak menderita serta putus sekolah.

"Sa pu raport terbakar. Jadi sekolah disini tra mau Terima saya," ujarnya, dikutip Selasa 22 Agustus.

Kerusuhan di kampung halamannya membuat Salmon mengungsi ke Distrik Oksibil untuk menghindari keganasan KKB Papua yang meneror distriknya.

"Saya dengan keluarga mengungsi ke Oksibil dengan jalan kaki. Jalan dua hari dua malam. Tidak ada rumah lagi. Akhirnya saya ikut mama Rounne Vallery Walea ke Jayapura," ujar Salmon.

Setibanya di Jayapura, Rounne Vallery Walea yang merupakan ibu angkat Salmon, berinisiatif menyekolahkan Salmon. Namun karena raport dan berkas lainnya hangus terbakar maka kurang lebih dua tahun Salmon tidak sekolah.

Nasib Salom berubah, ketika bertemu seorang prajurit TNI. Saat itu, 9 Agustus 2023 seorang anggota TNI dari Kodam XVII/Cenderawasih sedang berolahraga. Namun hujan mengguyur kota Jayapura. Akhirnya sang prajurit berteduh di Kios Kasih Nit Meke milik Rounne.

Salmon Y.I Tepmul selaku anak angkat dari pemilik kios Rounne Vallery Walea, melintas dan bertemu. Salmon pun menceritakan semua kisah yang dialaminya kepada prajurit TNI tersebut. Mendengar cerita Salmon sang prajurit satria pelindung rakyat ini tergerak hatinya untuk membantu.

Sang prajurit pun berkoordinasi dengan Kepala Sekolah Dasar Negeri Holtekamp untuk membantu Salmon, agar diterima di sekolah tersebut. Setelah melakukan koordinasi Kepala Sekolah Dasar Negeri Holtekamp pun menerima Salmon Y.I Tepmul menjadi siswanya.

Saat ini Salmon duduk di kelas 4 SD, dan mendapat pelajaran tambahan selama satu jam setiap harinya guna mengejar kemampuan membaca agar dapat menyesuaikan dengan anak-anak yang lainnya.

Tak hanya sampai di situ, sang prajurit pun memberikan bantuan berupa perlengkapan alat tulis dan seragam serta bantuan lainnya. Kini, baik Rounne dan guru-guru di SDN Holtekamp berharap banyak masyarakat lain yang juga bisa membantu anak-anak korban kekerasan KKB agar bisa sekolah lagi.