Bagikan:

JAKARTA - Jumlah spesies lebah liar diketahui mengalami penurunan drastis dalam kurun waktu tiga puluh tahun terakhir. Ini berdasarkan laporan studi terbaru.

Berdasarkan catatan mengenai lebah Global Biodiversity Information Facility ditemukan, jumlah spesies lebah yang dilaporkan pada tahun 2006-2015 lebih sedikit 25 persen dibanding tahun 1990-an. 

Penulis studi yang juga peneliti pada Dewan Riset Teknis dan Ilmiah Argentina Eduardo Enrique Zattara mengungkapkan, di tahun 2018 ia menyadari populasi global spesies lebah dapat dilacak menggunakan data online

Tim peneliti mulai mencari kemungkinan penjelasan mengapa begitu banyak lebah yang hilang. Zattara pertama kali melihat alasan data bisa jadi rendah secara artifisial, yang berarti bahwa data tersebut mungkin tidak secara akurat mencerminkan jumlah spesies lebah.

Salah satu hipotesisnya, adalah bahwa lebih sedikit orang yang melaporkan spesies lebah, yang berarti akan lebih sedikit data yang dimasukkan ke dalam sistem. Pelacak lebah mungkin juga hanya melaporkan spesies lebah yang terkenal karena yang lebih langka menjadi lebih sulit ditemukan atau diidentifikasi.

lebah
Ilustrasi. (wes lewis/Unsplash)

"Kami menganalisis beberapa alasan alternatif ini, tetapi tidak dapat menemukan alasan yang bisa menjelaskan penurunan besar dalam jumlah spesies yang dilaporkan," kata Zattara, melansir CNN.

Dengan penurunan populasi tumbuhan dan hewan di planet ini, termasuk lebah madu, penurunan keanekaragaman lebah adalah penyebab paling mungkin dari penurunan jumlah spesies yang dilaporkan, katanya.

Zattara mengungkapkan, krisis iklim mungkin memaksa lebah keluar dari zona iklim asli mereka. Ini berpotensi menyebabkan lebah menghadapi bahaya ancaman perubahan cuaca yang ekstrem.

Selain itu, lanjutnya, spesies lebah invasif juga bisa menjadi penyebab berkurangnya spesies lebah di dunia. Ini lantaran saat mereka memasuki area baru, mereka membunuh lebah asli.

"Ke depan, kami ingin mempelajari kasus di mana lebah asing diperkenalkan di Patagonia, sehingga dia dapat meneliti cara membalikkan kerusakan. Wawasan kami kemudian dapat diterapkan untuk mencegah atau membalikkan penurunan populasi lebah liar di belahan dunia lain," tandasnya.

Terpisah, peneliti pada Global Biosocial Complexity Initiative pada Arizona State University Kristen Shoshana Traynor menyebut, salah satu penyebab penurunan jumlah spesies lebah secara signifikan lantaran hilangnya habitat dan krisis iklim.

ilustrasi lebah
Lebah berperan vital dalam membantu penyerbukan tanaman. (Samuel Perez/Unsplash)

Padahal, berkurangnya spesies lebah juga bisa memengaruhi makanan yang diasup oleh manusia. Diketahui, lebah liar 'bertanggung jawab' atas penyerbukan 85 persen tanaman dunia, berdasarkan penelitian yang diterbitkan Jumat di jurnal One Earth.

Traynor menuturkan, banyak makanan yang disukai orang, seperti alpukat dan kacang-kacangan, bergantung pada penyerbukan yang dilakukan lebah.

Tanaman mengalami kesulitan memindahkan serbuk sari yang merupakan bagian jantan dari tanaman ke bagian betina, sehingga tanaman dapat dibuahi dan berkembang biak. Traynor menyebut lebah sebagai 'tanaman seks dengan sayap', karena mereka pandai menyerbuki tanaman.

Jika terjadi penurunan populasi lebah liar, maka akan lebih sulit bagi tanaman untuk berkembang biak.

"Saat lebah menghilang, begitu pula hewan yang bergantung pada mereka dan tanaman yang diserbuki," tandasnya Traynor.