Bagikan:

JAKARTA - Pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah memperingatkan akan mengembalikan Israel ke zaman batu jika menyerang Lebanon, membalas peringatan serupa dari Israel pekan lalu.

Nasrallah menyampaikan komentarnya dalam sebuah acara yang menandai peringatan berakhirnya perang 2006 antara Israel dan Hizbullah, konflik besar terakhir antara kedua belah pihak.

"Kalian juga akan dikembalikan ke zaman batu," kata Nasrallah menanggapi ancaman Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant pekan lalu, seperti melansir Times of Israel 15 Agustus.

"Hizbullah hanya membutuhkan beberapa rudal presisi tinggi untuk menghancurkan target-target, termasuk bandara sipil dan militer, pangkalan udara, pembangkit listrik... dan reaktor [nuklir] Dimona," lanjutnya.

Komentar Nasrallah muncul di tengah peningkatan aktivitas Hizbullah baru-baru ini di sepanjang perbatasan kedua negara, dalam insiden yang dianggap Israel sebagai provokasi yang disengaja, termasuk pendirian dua tenda di sisi Israel di kawasan 'Garis Biru' yang diakui PBB di daerah Gunung Dov.

Kelompok yang didukung Iran ini kemudian merobohkan salah satu tenda, mengancam akan menyerang jika Israel bergerak untuk membongkar tenda lainnya.

"Setelah 17 tahun upaya, persiapan, dan pengembangan, Israel tidak mampu memulihkan citra tentara Israel," ujar Nasrallah, menurut outlet berita Al-Mayadeen.

"Tentara Israel saat ini berada dalam kondisi terburuk dalam sejarah," tambahnya, mengacu pada peringatan oleh para perwira tinggi IDF bahwa kesiapan militer telah dirugikan oleh protes para prajurit yang menentang perombakan sistem peradilan.

Diketahui, Perang 2006 yang berlangsung selama sebulan terjadi setelah pasukan Hizbullah menyerang dua mobil Humvee Israel dalam serangan lintas batas, menewaskan beberapa tentara Israel dan menawan dua orang. Konflik yang terjadi kemudian menewaskan ratusan tentara dan warga sipil, seperti mengutip The National News.

Hizbullah adalah satu-satunya milisi pasca perang saudara yang masih menyimpan senjatanya. Para pengkritik Nasrallah menuduhnya menahan negara untuk mendapatkan tebusan, mengingat banyaknya senjata yang dimiliki anggotanya.