TANGERANG - Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Tangerang Selatan (Tangsel) meragukan kualitas udara di wilayahnya dinilai buruk. Karena menurutnya alat, metode dan sample uji masih belum bisa dijadikan tolak ukur.
Kepala DLH Tangsel, Wahyunoto menilai untuk melakukan pengukuran dan metode untuk menyimpulkan kualitas udara di tempatnya, tidak dapat di satu titik.
“Alat yang mereka gunakan itu hanya mengukur ukuran partikel di udara yang disebut PM, itu particular meter. Jadi kalau alat mengukur partikular meter itu banyak dijual dimana-dimana, serta bisa digunakan oleh siapa pun,” kata Kepala DLH Tangsel, Wahyunoto saat dikonfirmasi, Jumat, 11 Agustus.
“Tangsel itu kan wilayahnya luas, lebih kurang 47 ribu Km persegi. 7 kecamatan, 54 kelurahan. Jangan diambil satu sampel udara dan diambilnya. Mungkin disitu lagi banyak debu berterbangan, atau ada asap warga bakar sampah, diambil kesimpulan. Ini perlu kita cermati,” sambungnya.
Menurut Wahyunoto, jika mereka menilai kualitas udara di Tangerang Selatan dengan menggunakan alat partikular meter, metode itu tidak dapat mengetahui kandungan partikel udara tersebut.
“Kalau kami di Dinas LH Tangsel, mempunyai alat yang juga mampu mengukur atau mengetahui unsur didalam parikel yang ada. Yang paling berbahaya itu adalah seperti furan, arsenik, atau dioksin, karbonmonoksida, sulfur dioksida, dan magnesium dioksida, itu alat kami sampai sejauh itu,” ucapnya.
BACA JUGA:
Oleh sebab itu, ia berharap kepada masyakarat atau siapaun untuk tidak membuat kesimpulan terkait udara, jika metode yang digunakan belum sepenuhnya benar.
“Jangan hanya mendapat profit atau mencari keuntungan dari aplikasi yang dipasarkan. Atau alat yang dipasarkan. Tidak mampu mempertanggung jawabkan metodologi sampel yang digunakan,” tutupnya.
Sebagia informasi, AQAir melansir kondisi udara di Kota Tangerang Selatan (Tangsel) hari ini kurang bersahabat. Indeks kualitas udara dan polusi udara PM2.5 berada di angka 174 atau tidak sehat.
Informasi di atas terpantau dari laman resmi AQAir pada Jumat, 11 Agustus 2023. Konsentrasi PM2.5 di Kota Tangsel saat ini 19.1 kali nilai panduan kualitas udara tahunan WHO.
Sementara untuk DKI Jakarta udaranya juga dikatakan tidak sehat. Namun, indeks kualitas udaranya dan polisi udara PM2.5 berada di angka 158 atau tidak sehat. Konsentrasi PM2.5 di Jakarta saat ini 13.8 kali nilai panduan kualitas udara tahunan WHO.