JAKARTA - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menjelaskan penyebab udara di langit Jakarta tampak keruh akibat polusi udara yang kini tengah dipersoalkan.
Plt Deputi Bidang Klimatologi BMKG, Ardhasena Sopaheluwakan menguraikan bahwa siklus harian mempengaruhi tingkat polusi udara di Jakarta.
Kondisi di kota-kota besar seperti Jakarta ini, menurut dia, lebih tampak pada tiap musim kemarau dengan udara yang bersifat kering. Ardhasena menguraikan, siklus kualitas udara seperti ini telah terjadi sejak lama.
"Perlu dicermati bahwa kondisi kualitas udara itu ada siklus hariannya. Pada saat lepas malam hari hingga dini dan hari cenderung lebih tinggi dari pada siang hingga sore," kata Ardhasena dalam konferensi pers di Jakarta Timur, Jumat, 11 Agustus.
Kemudian, fenomena utama yang menyebabkan keruhnya udara Jakarta yang tercemar polusi adalah adanya lapisan inversi. Lapisan inversi adalah lapisan atmosfer yang hangat berada di atas lapisan atmosfer yang dingin.
"Karena kita di wilayah urban dan sekarang saat musim kemarau itu ada fenomena namanya lapisan inversi. Jadi ketika pagi, di bawah atau permukaan ini lebih dingin dibandingkan di lapisan atas," jelas Ardhasena.
"Sehingga, itu mencegah udara itu untuk naik dan kemudian terdispersi. Itu penjelasan mengapa Jakarta kelihatan keruhnya di bawah dibandingkan di atas karena setting perkotaan yang di mana kita semua hidup bersama," tambahnya.
BACA JUGA:
Sebagaimana diketahui, Jakarta kerap menjadi salah satu kota besar dengan polutan paling tinggi di dunia.
Penyebab tingginya polusi udara terbesar di Jakarta adalah kendaraan bermotor yang berkontribusi 44 persen. Kemudian, 31 persen polusi disumbang dari industri, 14 persen dari perumahan, 10 persen dari industri energi manufaktur, dan 1 persen kegiatan komersial.