Bagikan:

JAKARTA - Dinas Kesehatan DKI Jakarta mencatat rata-rata seratus ribu warga di Jakarta terserang penyakit infeksi saluran pernapasan atau ISPA setiap bulannya.

Berdasarkan data laporan ISPA di DKI Jakarta pada tahun 2023, tercatat 102.609 kasus ISPA pada bulan Januari, 104.638 kasus pada bulan Februari, 119.734 pada bulan Maret, 109.705 pada bulan April, 99.130 pada bulan Mei, dan 102.475 pada bulan Juni.

"Sebanyak 0,9 persen warga DKI Jakarta terkena batuk pilek ISPA atau pneumonia setiap bulannya. Rata-rata 100 ribu kasus dari 11 juta penduduk," kata Kepala Seksi Surveilans, Epidemiologi, dan Imunisasi Dinas Kesehatan DKI Jakarta Ngabila Salama kepada wartawan, Jumat, 11 Agustus.

Ngabila menyebut, tidak ada kenaikan kasus ISPA yang bermakna sejak bulan April 2023 sampai dengan Juli 2023. Menurut dia, pola penyebaran kasus ISPA serupa setiap tahunnya.

Di mana, kasus akan mulai meningkat pada bulan September, kemudian puncak kasus pada bulan Oktober hingga November. Lalu, tren kasus mulai kembali turun sesudah bulan Maret berikutnya.

"Dari trennya, ISPA banyak di musim penghujan sesudah September. Jelas, pengaruh paling kuatnya adalah kondisi pancaroba atau peralihan cuaca," ujar Ngabila.

Ngabila menjelaskan, pada masa pancaroba, kelembaban udara akan meningkat. Hal ini mengakibatkan berbagai kuman seperti virus dan bakteri mudah masuk ke dalam tubuh.

Imunitas seseorang pada peralihan antara musim hujan dan kemarau, lanjut Ngabila, juga berpotensi menurun karena stress, kecapekan, kurang tidur efek dari kemacetan, dan sebagainya.

"Mengingat saat ini sudah tidak jelas periode musim hujan dan kemarau karena faktor cuaca ekstrem, maka penting untuk menjaga imunitas tetap baik," imbuhnya.