JAKARTA - Sepuluh pesawat angkatan udara China memasuki zona identifikasi pertahanan udara Taiwan pada Hari Rabu, 'menemani' lima kapal perang China yang terlibat dalam patroli "kesiapan tempur", kata Kementerian Pertahanan negara itu, menandakan serangan kedua pekan ini.
Kementerian pertahanan Taiwan mengatakan, pihaknya mulai mendeteksi total 25 pesawat China yang terlibat dalam operasi di laut, termasuk pesawat tempur J-10 dan J-16, serta pembom H-6, mulai pukul 9 pagi waktu setempat.
Dari pesawat tersebut, kementerian mengatakan 10 di antaranya telah melintasi garis median Selat Taiwan, yang sebelumnya berfungsi sebagai penghalang tidak resmi antara kedua belah pihak, atau memasuki bagian barat daya zona identifikasi pertahanan udara Taiwan (ADIZ).
Pesawat-pesawat itu bertindak dalam koordinasi dengan lima kapal perang China yang terlibat dalam patroli "kesiapan tempur", kata kementerian, melansir Reuters 9 Agustus.
"Militer Taiwan mengirim kapal dan pesawat untuk berjaga-jaga," lanjut kementerian itu.
ADIZ adalah area luas yang dipantau dan dipatroli Taiwan untuk memberi pasukannya lebih banyak waktu untuk menanggapi ancaman, dan pesawat China belum memasuki wilayah udara Taiwan.
Sebelumnya, Taiwan melaporkan tingkat aktivitas serupa oleh pesawat tempur dan kapal perang China di dekat pulau itu pada Hari Minggu.
Diketahui, China menggelar latihan perang di sekitar Taiwan pada Bulan April, setelah Presiden Tsai Ing-wen pulang dari kunjungan ke Amerika Serikat di mana dia bertemu dengan Ketua DPR AS Kevin McCarthy.
Agustus lalu, mereka juga mengadakan latihan perang di sekitar Taiwan untuk memprotes perjalanan ke Taipei oleh Ketua DPR saat itu Nancy Pelosi.
BACA JUGA:
Terbaru, China marah setelah Wakil Presiden Taiwan William Lai transit ke Amerika Serikat dalam perjalanannya ke Paraguay pekan ini.
Itu adalah "prioritas" China untuk menghentikan Lai mengunjungi Amerika Serikat, kata Duta Besar Beijing untuk AS bulan lalu.
Pemerintah Taiwan yang terpilih secara demokratis menolak klaim kedaulatan China, mengatakan hanya rakyat pulau itu yang dapat memutuskan masa depan mereka, meski tiga tahun terakhir Beijing meningkatkan tekanannya agar pulau itu menerima kedaulatannya.