JAKARTA - Rusia menyerang pelabuhan pedalaman utama Ukraina di seberang Sungai Danube pada Hari Rabu, membuat harga pangan global melonjak, seiring peningkatan penggunaan kekuatan oleh Moskow untuk mencegah Ukraina mengekspor biji-bijian.
Serangan pesawat tak berawak menghancurkan bangunan di Pelabuhan Izmail, menghentikan kapal saat mereka bersiap untuk tiba di sana guna memuat biji-bijian Ukraina, bertentangan dengan blokade de-facto yang diberlakukan kembali Rusia pada pertengahan Juli.
"Moskow sedang mengobarkan pertempuran untuk bencana global," kata Presiden Volodymyr Zelensky dalam pidato video malamnya, melansir Reuters 3 Agustus.
"Dalam kegilaan mereka, , mereka ingin pasar pangan dunia runtuh, mereka ingin krisis harga, mereka ingin gangguan pasokan," kritiknya.
Sementara itu, Wakil Perdana Menteri Ukraina Oleksandr Kubrakov mengatakan, serangan Rusia merusak hampir 40.000 ton biji-bijian yang akan dikirim ke negara-negara di Afrika, China China dan Israel.
Dalam unggahannya di Facebook Kubrakov mengatakan, infrastruktur pelabuhan Danube telah "hancur".
"Biji-bijian Ukraina sangat diperlukan dunia dan tidak dapat digantikan oleh negara lain mana pun di tahun-tahun mendatang," tulisnya.
"Pelabuhan Izmail mengalami kerusakan paling parah, termasuk terminal dan infrastruktur Perusahaan Pengiriman Danube," ungkapnya.
Sementara itu, kantor berita negara Rusia RIA mengatakan, infrastruktur pelabuhan dan biji-bijian yang terkena dampak adalah perumahan tentara bayaran asing dan perangkat keras militer. Tempat perbaikan kapal angkatan laut juga menjadi sasaran, katanya.
Video yang dirilis oleh otoritas Ukraina menunjukkan petugas pemadam kebakaran menggunakan tangga, berjuang melawan kobaran api yang tinggi di sebuah gedung yang tertutup jendela pecah. Beberapa bangunan besar lainnya hancur, dan biji-bijian tumpah dari setidaknya dua gudang yang rusak.
Tidak ada laporan korban jiwa, tulis Gubernur Daerah Odesa Oleh Kiper dalam unggahan di aplikasi pesan Telegram.
Sementara itu, data pelacakan kapal komersial menunjukkan lusinan kapal internasional berhenti dan lego jangkar di mulut Danube, banyak dari mereka terdaftar tiba di Izmail dalam upaya untuk menembus blokade Rusia.
Pelabuhan, di seberang sungai dari anggota NATO Rumania, adalah rute alternatif utama dari Ukraina untuk ekspor biji-bijian, sejak blokade Rusia menghentikan lalu lintas di pelabuhan Laut Hitam Ukraina pada pertengahan Juli.
Dua sumber industri mengatakan kepada Reuters, operasi di pelabuhan itu ditangguhkan. Kepala otoritas pelabuhan Yuriy Lytvyn mengatakan di Facebook, pekerjaan perbaikan telah dimulai dan infrastruktur pelabuhan terus beroperasi.
Terpisah, harga gandum di Chicago naik hampir 5 persen karena kekhawatiran pasokan setelah serangan itu, meski kemudian turun pada Hari Rabu karena ekspor Rusia yang kuat dan tanda-tanda Moskow mungkin terbuka untuk menghidupkan kembali kesepakatan koridor Laut Hitam.
Diketahui, Ukraina adalah salah satu pengekspor gandum terbesar di dunia. Rusia telah menyerang infrastruktur pertanian dan pelabuhannya selama lebih dari dua minggu setelah menolak untuk memperpanjang perjanjian Laut Hitam, yang telah mencabut blokade pelabuhan Ukraina pada masa perang tahun lalu.
Pejabat Ukraina mengatakan Moskow telah menyerang 26 fasilitas pelabuhan, lima kapal sipil, dan 180.000 ton biji-bijian dalam sembilan hari serangan sejak berhenti dari kesepakatan biji-bijian.
BACA JUGA:
Kyiv mengatakan, tujuan serangan itu adalah untuk menerapkan kembali blokade Rusia, mempengaruhi pengirim barang dan perusahaan asuransi bahwa pelabuhan Ukraina tidak aman untuk melanjutkan ekspor.
Pelabuhan Sungai Danube Ukraina seperti Izmail menyumbang sekitar seperempat dari ekspor biji-bijian sebelum Rusia menarik diri dari kesepakatan Laut Hitam, dan sejak itu menjadi rute keluar utama, dengan biji-bijian dikirim menggunakan tongkang ke Pelabuhan Constanta di Laut Hitam Rumania untuk pengiriman selanjutnya.
Tujuan Kyiv adalah agar kapal internasional langsung menuju pelabuhan Danube dan memuat langsung, sementara Moskow mengatakan akan memperlakukan kapal yang menuju pelabuhan Ukraina sebagai target militer potensial.