Bagikan:

JAKARTA - PDI Perjuangan (PDIP) telah mengumumkan sebanyak lima nama bakal calon wakil presiden (cawapres) Ganjar Pranowo.

Sebanyak tiga nama di antara disebut merupakan sosok terkuat, yakni Menparekrat Sandiaga Uno, mantan Panglima TNI Andika Perkasa, serta Wakil Ketua DPR Muhaimin Iskandar (Cak Imin).

Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah mengatakan, Sandiaga saat ini adalah sosok paling potensial untuk menjadi bakal cawapres pendamping Ganjar dibandingkan Andika dan Cak Imin.

Selain karena telah menjadi kader PPP yang merupakan parpol yang berkoalisi dengan PDIP, Sandi juga memiliki kekuatan yang setara dengan sosok paling potensial menjadi bakal cawapres pendamping Menhan Prabowo Subianto, Menteri BUMN Erick Thohir.

"Keputusan menunjuk capres Ganjar Pranowo ada pada Presiden Jokowi dan (Ketua Umum PDIP) Megawati. Kalau merujuk pada situasi itu, maka Sandi adalah tokoh paling potensial," katanya dalam keterangan tertulis, Senin, 31 Juli.

"Dibandingkan Muhaimin Iskandar atau Andika Perkasa, jelas Sandiaga Uno lebih unggul dalam unggul saat ini," imbuh Dedi.

PDIP disebut parpol yang mementingkan elektabiitas sosok bakal cawapres pendamping Ganjar, dibandigkan jumlah kursi yang dimiliki parpol

Menurutnya, Sandiaga akan lebih dipilih untuk mendamping Ganjar karena memiliki elektabilitas yang mampu menambah tingkat keterpilihan Ganjar di Pilpres 2024.

"Kalau perbandingan PKB dan PPP, harus dilihat siapa yang akan diusung. Kalau PKB, Muhaimin, dan PPP, Sandiaga, jelas PPP lebih dipilih dibandingkan PKB, karena porsi suara belum tentu bisa memenangkan kandidat," katanya.

Sementara itu, pengamat politik dari Universitas Al Azhar Ujang Komarudin mengatakan sosok bakal cawapres pendamping Ganjar merupakan hak prerogatif Megawati.

"Penentu cawapres Ganjar Megawati," katanya.

Namun ia juga menyampaikan PPP bisa saja meninggalkan koalisi dengan PDIP bila kelak Sandiaga tidak dipilih menjadi bakal cawapres pendamping Ganjar. Menurutnya, kemungkinan itu terbuka tergantung dinamika politik yang berkembang di hari mendatang.

"Bisa jadi hengkang, bisa jadi tidak. Tergantung kepentingan ke depan, kita lihat saja. Tapi yang jelas cari pelabuhan lain, koalisi lain ya bagus. Kalau tidak hengkang pun, akan tersisih dengan PKB," kata Ujang.

Meski begitu, kondisi ke depan bisa berubah mengingat politik yang sifatnya dinamis. "Tergantung dinamika politik ke depan, semua masih dinamis," imbuhnya.

Untuk diketahui, Plt Ketua Umum PPP, Mardiono sebelumnya telah menyinggung relasi Anies Baswedan dan Sandiaga Uno ketika memenangi Pilkada DKI 2017. Pernyataan Mardiono ini sontak membuka kembali wacana reuni duet Anies dan Sandi pada Pilpres 2024.

"Beliau (Sandiaga) berhasil mengantar Anies menjadi Gubernur DKI Jakarta. Keberhasilan Anies nggak mungkin tanpa andil Sandiaga," ungkap Mardiono dalam pelantikan pengurus DPP Wanita Persatuan Pembangunan (WPP) di Surabaya, Minggu (30/7).