Sebut Rusia Terpaksa Gunakan Senjata Nuklir Jika Serangan Ukraina Berhasil, Medvedev: Tidak Ada Pilihan Lain
Dmitry Medvedev. (Wikimedia Commons/Администрация Президента России)

Bagikan:

JAKARTA - Mantan Presiden Rusia Dmitry Medvedev kembali menyebut penggunaan senjata nuklir, mengatakan Moskow harus menggunakan senjata nuklir jika serangan balasan yang sedang dilakukan Kyiv berhasil.

Medvedev, yang merupakan wakil ketua Dewan Keamanan Rusia, badan yang diketuai oleh Presiden Vladimir Putin, mengatakan dalam sebuah pesan di akun media sosial resminya, Rusia akan dipaksa untuk kembali ke doktrin nuklirnya sendiri dalam skenario seperti itu.

"Bayangkan jika serangan... yang didukung oleh NATO, sukses dan mereka merobek sebagian wilayah kita, maka kita akan dipaksa untuk menggunakan senjata nuklir sesuai dengan peraturan keputusan dari presiden Rusia," ujarnya seperti dilansir dari Reuters 31 Juli.

"Tidak akan ada pilihan lain. Jadi, musuh-musuh kami harus berdoa untuk (kesuksesan) para pejuang kami. Mereka memastikan bahwa api nuklir global tidak tersulut," sambungnya.

Medvedev, yang telah menempatkan dirinya sebagai salah satu suara paling hawkish di Moskow, tampaknya mengacu pada bagian dari doktrin nuklir Rusia yang menetapkan, senjata nuklir dapat digunakan sebagai tanggapan terhadap agresi terhadap Rusia yang dilakukan dengan menggunakan senjata konvensional yang mengancam eksistensi negara Rusia.

Diketahui, Ukraina sedang berusaha untuk merebut kembali wilayah yang telah dicaplok secara sepihak oleh Rusia dan dinyatakan sebagai bagian dari wilayahnya, sebuah langkah yang dikecam oleh Kyiv dan sebagian besar negara Barat.

Sebelumnya, Presiden Putin mengatakan pada Hari Sabtu, tidak ada perubahan medan perang yang serius untuk dilaporkan dalam beberapa hari terakhir, sementara Ukraina telah kehilangan sejumlah besar peralatan militer sejak tanggal 4 Juni.

Sementara, Kyiv mengatakan pasukannya membuat beberapa kemajuan dalam upaya mereka untuk merebut kembali wilayah, meskipun dengan kecepatan yang lebih lambat dari yang diinginkan.

Para pengkritik Kremlin sendiri di masa lalu menuduh Medvedev membuat pernyataan-pernyataan ekstrem, dalam upaya untuk menghalangi negara-negara Barat untuk terus memasok senjata kepada Ukraina.