JAKARTA - Pemerintah Indonesia melalui Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mendorong pembentukan fasilitas hub riset untuk para peneliti ASEAN agar bisa mengoptimalkan potensi penuh mobilitas untuk kemajuan Asia Tenggara.
Kepala Organisasi Riset Ilmu Pengetahuan Sosial dan Humaniora BRIN Ahmad Najib Burhani berhadap hub riset itu dapat mempererat hubungan pertemanan negara-negara di Asia Tenggara.
"Kita menjadi sesuatu yang disebut decentering atau decolonizing Asia Tenggara. Jadi kita menjadi kekuatan baru dari keilmuan yang ada di dunia ini," ujarnya dalam pernyataan yang dikutip ANTARA, Sabtu, 29 Juli.
Najib mengatakan keberadaan hub riset ASEAN bisa menjadi kompetitor bagi negara-negara barat seperti Eropa, Amerika, ataupun Australia, yang selama ini dikenal luas sebagai mercusuar dalam bidang keilmuan dunia.
Menurutnya, ASEAN dapat menjadi pusat industri, keilmuan, hingga produksi pengetahuan baru, di dunia melalui hub riset tersebut.
"Kedekatan itu menjadikan Asia Tenggara kekuatan baru dalam segi keilmuan, ekonomi, dan sebagainya," kata Najib.
Populasi penduduk di Asia Tenggara yang mencapai 670 juta jiwa memberikan posisi yang cukup strategis. Apalagi, kata dia, didukung kekuatan alam berupa biodiversitas yang beragam menjadi modal bagi ASEAN untuk bersama-sama mengembangkan dan meneliti potensi tersebut.
Najib menyampaikan kerja sama riset antara negara-negara Asia Tenggara bisa dalam bentuk berbagai bidang, seperti biodiversitas, perubahan iklim, dan lingkungan yang menjadi isu masa depan.