Bagikan:

JAKARTA - Peretas yang terkait dengan Beijing mengakses akun email Duta Besar Amerika Serikat untuk China, dalam operasi spionase yang diperkirakan telah meretas setidaknya ratusan ribu email Pemerintah AS, menurut laporan Wall Street Journal (WSJ).

Sebelumnya, ada Asisten Menteri Luar Negeri untuk Asia Timur Daniel Kritenbrink, juga diretas dalam operasi mata-mata yang lebih luas yang diungkapkan bulan ini oleh Microsoft, kata surat kabar itu, mengutip orang-orang yang mengetahui masalah tersebut.

Ditanya tentang laporan pelanggaran akun dua diplomat, Departemen Luar Negeri menolak untuk memberikan rincian apapun dan mengatakan penyelidikan operasi mata-mata sedang berlangsung.

Duta Besar AS Nicholas Burns di Beijing merujuk ke pernyataan yang dibuat oleh Menteri Luar Negeri Antony Blinken bulan ini yang mengatakan, AS telah "secara konsisten menjelaskan kepada China dan juga negara lain bahwa tindakan apa pun yang menargetkan pemerintah, perusahaan atau warga AS sangat memprihatinkan kami, dan kami akan mengambil tindakan yang tepat sebagai tanggapan."

Terpisah, seorang juru bicara Kedutaan Besar China di Washington mengatakan, Negeri Tirai Bambu secara konsisten menentang peretasan dan menolak spekulasi "tidak berdasar" tentang sumber serangan dunia maya.

"China dengan tegas menentang dan memerangi serangan dunia maya dan pencurian dunia maya dalam segala bentuk. Posisi ini konsisten dan jelas," kata juru bicara Liu Pengyu dalam tanggapan email kepada Reuters, seperti dikutip 21 Juli.

"Mengidentifikasi sumber serangan dunia maya adalah masalah teknis yang kompleks. Kami berharap pihak terkait akan mengambil sikap profesional dan bertanggung jawab...daripada membuat spekulasi dan tuduhan tanpa dasar," sambungnya.

Sebelum laporan WSJ muncul, Kritenbrink ditanya pada sidang Kongres tentang kebijakan AS di China apakah dia dapat mengesampingkan email stafnya menjadi sasaran peretasan.

"Saya tidak bisa mengomentari penyelidikan yang sedang dilakukan oleh FBI, tapi tidak, saya tidak akan mengesampingkannya," sebut Kritikenbrink.

Burns dan Kritenbrink menyusul Menteri Perdagangan AS Gina Raimondo sebagai korban kampanye spionase yang disebutkan secara terbuka, memicu peringatan dari diplomat tinggi Washington kepada mitranya dari China.

Pekan lalu, Microsoft mengatakan peretas China menyalahgunakan salah satu kunci digitalnya, menggunakan cacat dalam kodenya untuk mencuri email dari lembaga Pemerintah AS dan klien lainnya.

Perusahaan tidak segera membalas pesan yang meminta komentar atas laporan WSJ.

Pelanggaran tersebut telah membuat praktik keamanan Microsoft di bawah pengawasan, membuat pejabat dan anggota parlemen meminta perusahaan yang berbasis di Redmond, Washington ini untuk membuat audit digital tingkat atas, juga disebut logging, tersedia untuk semua pelanggannya secara gratis.

Microsoft mengatakan dalam sebuah pernyataan pada Kamis malam, mereka menerima kritik tersebut.

Pekan lalu, juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih Adam Hodge mengatakan, gangguan dalam keamanan cloud Microsoft "mempengaruhi sistem yang tidak terklasifikasi," tanpa menjelaskan lebih lanjut.

"Para pejabat segera menghubungi Microsoft untuk menemukan sumber dan kerentanan di layanan cloud mereka," sebut Hodge.

Departemen Luar Negeri "mendeteksi aktivitas anomali" dan "mengambil langkah segera untuk mengamankan sistem kami," kata seorang juru bicara departemen dalam sebuah pernyataan pada saat itu.