Bagikan:

HUDUR - Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (OCHA) meminta dana kemanusiaan mendesak untuk membantu Somalia yang dilanda kekeringan parah, di mana separuh populasi berisiko kehilangan bantuan penting bagi kehidupan mereka karena kekurangan dana.

OCHA mengatakan Rencana Tanggap Kemanusiaan (HRP) untuk tahun ini hanya cukup untuk mendanai 30,5 persen (793 juta dolar AS atau sekitar Rp11,9 triliun) hingga sekitar pertengahan tahun, sementara dibutuhkan dana 2,6 miliar dolar AS (sekitar Rp38,9 triliun) untuk kebutuhan sebanyak 7,6 juta warga Somalia.

“Mengingat kebutuhan kemanusiaan yang sangat besar, dana tambahan sangat dibutuhkan untuk memberikan bantuan penyelamatan hidup," menurut pernyataan organisasi tersebut dikutip ANTARA, Rabu 19 Juli.

Situasi di negara Tanduk Afrika itu akan memburuk jika bantuan darurat tidak sampai kepada mereka yang membutuhkan, terutama di kawasan agropastoral Hiraan, wilayah kota dan lokasi pengungsian Belet Weyne, serta daerah penggembalaan di Somalia tengah, menurut organisasi itu.

Somalia adalah negara paling terdampak kekeringan, membuat jutaan warga mengungsi dan menewaskan sekitar 43 ribu jiwa.

Dampak kehancuran dari kekeringan terburuk yang melanda negara itu selama 40 tahun terakhir itu sekarang ditambah bencana banjir.

Pada awal bulan ini, dua anak perempuan tenggelam dalam luapan banjir di Jowhar timur, ibu kota administratif negara bagian tengah Hirsha Belle.

Banjir membuat 9.600 orang mengungsi di beberapa desa di Balcad, sebuah kota berjarak 40 kilometer dari ibu kota Mogadishu.

Menurut OCHA, 11 desa di Negara Bagian South West terendam pada awal bulan ini, membuat 14.400 jiwa mengungsi dan menghanyutkan ladang, sementara hujan terus turun di wilayah pesisir utara dan selatan negara itu.

Organisasi tersebut memberi peringatan bahwa El Nino dan Dipol Samudra Hindia positif diperkirakan bakal menyebabkan hujan lebat dan banjir pada Oktober, terutama di sepanjang sungai Shabelle dan Juba.