Bagikan:

JAKARTA - Konsep wisata halal yang tengah dicanangkan pemerintah menuai pro dan kontra. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Parekraf) Sandiaga Uno meminta masyarakat tak terpecah belah karena salah kaprah memahami istilah wisata halal tersebut.

"Saya bicara tapi dalam suatu konteks yang betul-betul mempersatukan. Jangan kita terpecah belah karena kesalahkaprahan kita terhadap terminologi," katanya, dalam webinar, Kamis, 28 Januari.

Seperti diketahui, Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah meluncurkan gerakan ekonomi syariah, di mana di dalamnya termasuk wisata halal.

Mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta itu pun menjelaskan terminologi dari wisata halal adalah pariwisata yang ramah terhadap umat muslim. Misalnya, makanan yang terjamin kehalalannya.

"Kita mendengar Pak Presiden launching gerakan ekonomi syariah, salah satunya adalah pariwisata halal yang sekarang terminologinya adalah pariwisata ramah muslim. Namanya muslim friendly tourism," jelasnya.

Wisata halal ini, kata Sandi, sebagai layanan tambahan atau extension of services. Kemudian dirinya bicara beberapa daerah wisata sudah memberikan banyak pelayanan untuk wisatawan muslim.

"Di Bali banyak sekali restoran-restoran yang memberikan layanan untuk wisatawan muslim, di Danau Toba juga sama, di Labuan Bajo juga banyak. Namun, karena permintaannya semakin meningkat, ini harus kita berikan fokus untuk menyesuaikan dengan permintaan tadi, yaitu rebalancing supply and demand," ucapnya.

Menurut Sandi, belakangan ini wisata religi mengalami peningkatan. Tak hanya wisata religi khusus untuk muslim, namun juga agama lainnya.

"Saya ketemu dengan Keuskupan Ruteng (NTT), di Ruteng ini Pak Uskup menyampaikan 'Pak Sandi jangan lupa wisata religi di Manggarai Barat Sampai ke Larantuka, kita punya 6 spot untuk retreat yang akhirnya nanti ada salib besar di Larantuka'," tuturnya.