Bagikan:

JAKARTA - Akhir pekan lalu kematian anjing Canon di Kabupaten Aceh Singkil, Aceh viral di media sosial. Anjing Canon mati setelah ditangkap tim Satpol PP dari lokasi wisata Pulau Banyak.

Setelah ramai jadi pemberitaan, Kepala Satuan Polisi Pamong Praja dan Wilayatul Hisbah Kabupaten Aceh Singkil Ahmad Yani, membantah pihaknya melakukan penyiksaan terhadap anjing Canon.

“Tidak ada penyiksaan yang dilakukan anggota di lapangan, anjing itu diduga mati karena stres seusai diamankan oleh anggota saat akan dibawa ke daratan,” kata Ahmad Yani dilansir Antara, Minggu, 24 Oktober.

Dia mengatakan, anjing tersebut ditangkap oleh petugas Satpol PP Aceh Singkil setelah pihaknya menerima surat dari camat terkait pemberlakuan wisata halal di kawasan Pulau Banyak Aceh Singkil.

Sebelum dilakukan penangkapan terhadap anjing di lokasi wisata, kata dia, pihaknya melakukan koordinasi dengan Muspika di Pulau Banyak terhadap kegiatan penangkapan anjing yang akan dilakukan, di sebuah resort tempat anjing tersebut dipelihara.

Saat akan dilakukan penangkapan, kata Ahmad Yani, pemilik anjing diduga sempat berusaha mempersulit petugas dengan cara mengulur waktu agar anjing tersebut tidak ditangkap atau dievakuasi petugas.

Setelah dilakukan koordinasi dengan pemilik resort, kemudian petugas berupaya melakukan penangkapan menggunakan peralatan yang aman dan ramah hewan.

Karena kondisi anjing yang galak, anjing tersebut kemudian berusaha memberikan perlawanan ketika akan ditangkap petugas.

Karena kondisi tersebut, kemudian anjing tersebut dibujuk oleh pemilik dan kemudian anjing bernama Canon tersebut dimasukkan ke dalam keranjang, guna selanjutnya dibawa ke daratan di Singkil, ibu kota Aceh Singkil.

“Ada dua ekor anjing yang kita tangkap, nah ketika tiba di Singkil, satu ekor anjing ditemukan sudah mati. Sedangkan seekor anjing lainnya masih dalam keadaan hidup dan sehat,” katanya.

Lalu bagaimana sebenarnya konsep wisata halal? Menparekraf Sandiaga Uno pernah menjelaskannya awal tahun 2021.

Kala itu, konsep wisata halal yang tengah dicanangkan pemerintah menuai pro dan kontra.  Sandiaga Uno meminta masyarakat tak terpecah belah karena salah kaprah memahami istilah wisata halal tersebut.

"Saya bicara tapi dalam suatu konteks yang betul-betul mempersatukan. Jangan kita terpecah belah karena kesalahkaprahan kita terhadap terminologi," katanya dalam webinar, Kamis, 28 Januari.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat itu memang sudah meluncurkan gerakan ekonomi syariah, di mana di dalamnya termasuk wisata halal.

Kemudian Sandiaga menjelaskan terminologi dari wisata halal adalah pariwisata yang ramah terhadap umat muslim. Misalnya, makanan yang terjamin kehalalannya.

"Kita mendengar Pak Presiden launching gerakan ekonomi syariah, salah satunya adalah pariwisata halal yang sekarang terminologinya adalah pariwisata ramah muslim. Namanya muslim friendly tourism," jelasnya.

Wisata halal ini, kata Sandi, sebagai layanan tambahan atau extension of services. Kemudian dirinya bicara beberapa daerah wisata sudah memberikan banyak pelayanan untuk wisatawan muslim.

"Di Bali banyak sekali restoran-restoran yang memberikan layanan untuk wisatawan muslim, di Danau Toba juga sama, di Labuan Bajo juga banyak. Namun, karena permintaannya semakin meningkat, ini harus kita berikan fokus untuk menyesuaikan dengan permintaan tadi, yaitu rebalancing supply and demand," ucapnya.

Menurut Sandiaga, belakangan ini wisata religi mengalami peningkatan. Tak hanya wisata religi khusus untuk muslim, namun juga agama lainnya.

"Saya ketemu dengan Keuskupan Ruteng (NTT), di Ruteng ini Pak Uskup menyampaikan 'Pak Sandi jangan lupa wisata religi di Manggarai Barat Sampai ke Larantuka, kita punya 6 spot untuk retreat yang akhirnya nanti ada salib besar di Larantuka'," tuturnya.