Bagikan:

JAKARTA - Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (Asita) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mendukung penerapan konsep wisata moslem friendly atau ramah muslim di sejumlah destinasi wisata di provinsi ini.

Ketua Asita DIY Hery Satyawan di Yogyakarta, Senin 11 Juli, menuturkan meski hampir sama, penggunaan istilah ramah muslim lebih tepat ketimbang wisata halal, seperti yang diwacanakan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno.

"Wisata halal cocok, tapi lebih tepat moslem friendly," ujar dia, dilansir dari Antara.

Menurut Hery, tidak sedikit orang yang salah paham dengan konsep wisata halal yang menganggap hanya akan mengatur aspek makanan halal dan haram saja.

"Karena bukan mengatur masalah makanan yang halal dan haram, bukan," kata dia.

Pelayanan wisata ramah muslim, menurutnya, dapat diterapkan dengan mengedepankan pelayanan yang prima serta penyajian suasana yang nyaman tanpa tercerabut dari akar budaya setempat.

Konsep wisata semacam itu, menurut dia, justru banyak diminati para wisatawan, khususnya dari negara-negara di Asia seperti Jepang.

"Kadang-kadang mereka malah menanyakan, karena itu bukan masalah muslim ya, tapi lebih ke konsep bagaimana memahami tata cara pelayanan yang menurut mereka cocok," kata dia.

Meski demikian, menurut dia, dalam memasarkan wisata ramah muslim perlu diperjelas bahwa konsep wisata itu tidak dikhususkan bagi wisatawan muslim.

Sejak status PPKM di DIY turun ke level 1, kata dia, para wisman yang berasal dari sejumlah negara seperti di Eropa, serta beberapa negara di Asia berangsur berdatangan.

"Jumlahnya berangsur meningkat seiring pelonggaran syarat perjalanan oleh pemerintah," kata dia.

Sebelumnya Menparekraf Sandiaga Salahuddin Uno menemui pengurus jaringan wisata Muhammadiyah di Kantor PP Muhammadiyah, Yogyakarta, Jumat (1/7), untuk membahas sejumlah hal, antara lain potensi pengembangan wisata halal.

Ketum PP Muhammadiyah Haedar Nashir menuturkan Muhammadiyah memang memiliki perhatian khusus terhadap wisata halal dengan menjadikan program itu bukan hanya untuk umat Islam saja, melainkan mampu menyejahterakan masyarakat secara umum.

"Bagaimana wisata halal bukan hanya menyangkut umat Islam tetapi ini jadi kegiatan wisata untuk hajat hidup umum," kata Haedar.