Kenapa Swab Anal Ala China Memicu Penolakan dan Kemarahan
Ilustrasi foto (Mufid Majnun/Unsplash)

Bagikan:

JAKARTA - Protokol swab test anal yang baru diperkenalkan pemerintah China dalam beberapa hari terakhir memancing diskusi luas yang disertai kemarahan. Bagi banyak orang, protokol itu terlalu jauh, mengingat dicanangkan setelah satu tahun pandemi. Swab test anus juga dianggap sedikit mengikis martabat.

Bahkan dokter China yang mendukung tes ini mengakui ketidaknyamanan metode ini. Beberapa dokter China menjelaskan, dalam sebuah penelitian, terlihat pasien yang pulih dari COVID-19 kemudian mendapat hasil tes positif setelah melalui swab test pada saluran pencernaan bagian bawah.

Hasil itu didapat beberapa hari setelah swab test hidung dan tenggorokan yang menunjukkan hasil negatif. Hal tersebut menunjukkan bahwa masuk akal jika metode ini digunakan hanya pada kelompok tertentu, seperti di pusat karantina.

"Jika kami menambahkan tes swab anal ini, dapat meningkatkan tingkat dalam mengidentifikasi pasien yang terinfeksi," kata Li Tongzeng, spesialis penyakit menular di Rumah Sakit Beijing You'an. 

“Tapi tentu saja, mengingat mengumpulkan swab anal tidak senyaman swab tenggorokan, saat ini hanya kelompok kunci seperti mereka yang berada di karantina yang menerima keduanya,” tambahnya.

Setelah setahun pandemi

Melansir Washington Post, Kamis, 28 Januari, protokol baru ini muncul lebih dari setahun setelah virus penyebab COVID-19 mulai menyebar dengan cepat di negara itu. Pejabat China khawatir tentang mendekatnya Tahun Baru Imlek bulan depan, yang sering disebut sebagai migrasi tahunan terbesar di dunia.

Sekitar tiga miliar perjalanan dilakukan selama liburan di tahun non-pandemi. Itu berarti satu kasus COVID-19 dapat dengan cepat menyebar ke seluruh negeri.

China sedang berusaha memvaksinasi 50 juta orang sebelum liburan. Tetapi itu kurang dari empat persen dari populasinya, tingkat yang terlalu rendah untuk mencegah penularan massal.

Pejabat China telah memperketat pembatasan dalam beberapa pekan terakhir, dengan puluhan juta orang kembali isolasi mandiri di daerah wabah. Seperti sebelumnya, pelancong yang tiba dari luar negeri langsung menjalani karantina hotel selama dua minggu. Tetapi sekarang satu minggu karantina rumah telah ditambahkan, serta satu minggu laporan harian kepada pejabat kesehatan.

Ilustrasi foto (Sumber: Unsplash)

China mencoba prosedur pengujian dengan swab anal dalam kelompok-kelompok kecil tahun lalu, dengan hasilnya diedarkan di jurnal penelitian. Sekelompok peneliti China menerbitkan sebuah penelitian di jurnal Future Microbiology pada Agustus yang melaporkan bahwa untuk beberapa pasien virus corona yang pulih, sampel swab anal masih positif COVID-19 setelah mereka dites negatif melalui swab tenggorokan.

Adapun proses tes dilakukan, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China menerbitkan instruksi pada Maret 2020. Dikatakan bahwa sampel merupakan kotoran dari pasien. Jika itu tidak memungkinkan, lakukan swab anal dengan memasukkan tongkat berujung kapas tiga sampai lima sentimeter ke dalam rektum.

Dalam beberapa hari terakhir, tabloid yang dikelola pemerintah, Global Times, mencatat bahwa prosedur tersebut kontroversial. Beberapa dokter mengatakan swab hidung dan tenggorokan lebih efektif karena virus corona adalah infeksi saluran pernapasan.

Global Times, mengutip Yang Zhanqiu, seorang ahli patologi di Universitas Wuhan, yang mengatakan bahwa terdapat kasus tentang tes virus corona positif pada kotoran pasien. Tetapi tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa itu ditularkan melalui salah satu sistem pencernaan.

Reaksi negatif publik

Bagi beberapa orang, swab hidung dan tenggorokan saja sudah sangat tidak nyaman. Apalagi jika harus melakukan swab anal, yang bukan hanya tidak nyaman, tapi juga ada sedikit rasa malu. Warganet China menumpahkan kekhawatiran tersebut di media sosial.

"Semua orang yang terlibat akan sangat malu," kata seorang warganet di provinsi Guangdong di Weibo, sebuah platform media sosial China. Dalam jajak pendapat di Weibo, 80 persen responden mengatakan mereka "tidak dapat menerima" metode swab anal tersebut.

Media sosial China juga dibanjiri dengan komentar ketidakpercayaan dan kekhawatiran tentang prosedur tes baru. “Sulit bagi perawat,” kata salah seorang warganet di Weibo.

“Kita harus benar-benar berusaha keras untuk menghindari tertular virus corona!!” kata lainnya.