Bagikan:

JAKARTA - Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Ditjen P2P Kemenkes Siti Nadia Tarmizi mengatakan Indonesia tak akan mengikuti protokol baru di China yaitu uji usap atau swab anal untuk mendeteksi pasien COVID-19. 

"Kita tidak lakukan (swab anal, red) ya. Karena cukup dengan antigen kita bisa mendeteksi," kata Nadia saat dihubungi VOI, Jumat, 29 Januari.

Dia menyebut, uji usap atau swab test yang dilakukan di Indonesia tetap melalui nasofaring (hidung) dan orofaring (tenggorokan) seperti yang saat ini telah dilakukan. Alasannya, metode ini lebih tinggi spesifitasnya.

"(swab hidung dan tenggorokan, red) lebih tinggi spesifitasnya dengan pengambilan spesimen di sini ya," tegasnya.

Adapun yang dimaksud dengan spesifitas adalah ukuran yang mengukur seberapa baik sebuah tes skrining/penapisan untuk mengklasifikasikan orang yang tidak sakit sebagai orang yang tidak memiliki penyakit pada kenyataanya. 

Diberitakan sebelumnya, pemerintah China memperkenalkan protokol baru dalam melakukan pengujian atau tes COVID-19 yaitu tes swab anal. Perkenalan protokol baru yaitu tes swab anal telah dilakukan di China dengan memanfaatkan media pemerintahan. 

Protokol baru ini dilakukan karena dari sebuah hasil penelitian, terlihat pasien yang pulih dari COVID-19 kemudian mendapat hasil tes positif setelah melalui tes swab pada saluran pencernaan bagian bawah. Padahal, beberapa hari sebelumnya, pasien ini telah melakukan tes swab di hidung dan tenggorokan yang kemudian menunjukkan hasil negatif.

Saat proses tes dilakukan, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China menerbitkan instruksi pada Maret 2020. Dikatakan, sampel yang bisa digunakan merupakan kotoran dari pasien. 

Namun jika hal tersebut tak memungkinkan, maka dilakukan swab anal dengan memasukkan tongkat berujung kapas tiga sampai lima sentimeter ke dalam rektum.