Kesenjangan Vaksin COVID-19, Presiden Afrika Selatan: Negara Kaya Jangan Timbun Vaksin
Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa (Twitter/CyrilRamaphosa)

Bagikan:

JAKARTA - Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa mendesak negara-negara kaya untuk tidak menimbun vaksin COVID-19. Ia menyerukan hal itu agar produksi vaksin global dapat didistribusikan lebih merata ke negara-negara dunia ketiga. 

“Negara-negara kaya di dunia memperoleh dosis [vaksin COVID-19] besar. Beberapa bahkan memperoleh hingga empat kali lipat dari yang dibutuhkan populasi mereka,” ujar Ramaphosa dalam pertemuan virtual Forum Ekonomi Dunia (WEF) dikutip Reuters, Rabu, 27 Januari.

Seruan Ramaphosa bukan tanpa alasan. Sebab tak sedikit negara di dunia yang tengah kritis dan sangat memerlukan vaksin tersebut. Termasuk Afrika Selatan yang menjadi penyumbang terbanyak kematian akibat COVID-19. 

Upaya yang sama juga telah disuarakan oleh Pimpinan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanon Ghebreyesus pekan lalu. Tedros menggambarkan akses vaksin yang tak setara itu sebagai kegagalan moral yang menghancurkan dunia.

Kesenjangan vaksin

Sebelumnya, Uni Afrika bulan ini telah mengamankan 270 juta dosis vaksin COVID-19. Pemesanan itu dilakukan untuk melengkapi total 600 juta dosis yang dibutuhkan Benua Afrika lewat skema distribusi COVAX, program yang digawangi oleh WHO dan Gavi.

Akan tetapi, dosis vaksin yang diharapkan hadir tahun ini, nyatanya belum tiba. Kesenjangan begitu terpampang nyata bila melihat beberapa negara di Eropa, Asia, dan Amerika yang sudah menggelar program vaksinasi. Keterlambatan ini yang dikecam oleh Ramaphosa.

Apalagi, Inggris telah memesan 367 juta dosis dari tujuh vaksin berbeda hanya untuk 67 juta warganya. Di tambah lagi dengan Uni Eropa yang telah mengamankan hampir 2,3 miliar dosis vaksin untuk 450 juta orang. 

Menteri Kesehatan Inggris Matt Hancock merasa tersindir. Ia kemudian mengungkap upayanya memesan banyak vaksin sebagai bentuk melindungi rakyat Inggris. Sebab, sudah menjadi tugasnya untuk melindungi segenap rakyat Inggris.

“Tapi kita harus memastikan bahwa ada ketersediaan luas vaksin untuk seluruh dunia juga. Baik dengan pendanaan, dan dengan sangat terbuka dan dermawan pendekatan AstraZeneca telah membawa ke distribusi global vaksin Oxford," ungkap Matt Hancock.

Sejauh ini Afsel telah mengonfirmasi 1.417.537 kasus penularan COVID-19. Di antara itu, terdapat 41.117 kasus meninggal dunia.