Terungkap! Ini Alasan OJK, BI, dan Kemenkeu Kompak Banjiri Bank dengan Likuiditas
Ilustrasi. (Irfan Meidianto/VOI)

Bagikan:

JAKARTA - Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengakui pihaknya bersama dengan Bank Indonesia dan Kementerian Keuangan sengaja mendesain agar kondisi likuiditas diperbankan cukup longgar selama masa pandemi.

“Sampai sekarang kita masih jaga likuidutas di level perbankan cukup longgar untuk siap mendukung pertumbuhan ekonomi melalui penyaluran kredit apabila sudah mulai ada perbaikan. Dan, tanda-tanda itu  sudah mulai terlihat,” ujarnya, Selasa, 26 Januari.

Menurut Wimboh, kondisi dana yang menumpuk merupakan siasat OJK melalui POJK No.11 Tahun 2020, Bank Indonesia melalui kebijakan moneter yang akomodatif, dan instrumen fiskal yang dijalankan oleh Kementerian Keuangan.

“Mulai dari aturan GWM (giro wajib minimum), suku bunga yang didorong terus turun dan juga belanja bantun sosial pemerintah,”tuturnya.

Berdasarkan data yang dilansir otoritas, posisi dana pihak ketiga (DPK) institusi perbankan pada Desember 2020 sebesar Rp6.665 triliun. Angka ini tergolong cukup tinggi jika menengok rasio dana yang disalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit.

Per Desember 2020, jumlah kredit berbanding dengan dana yang dihimpun (loan to deposit ratio/LDR) sebesar 82,2 persen. Artinya, dari semua uang yang ada di bank, baru sekitar 80 persen yang diputar lewat cara penyaluran kredit.

Adapun, rasio LDR pada masa sebelum pandemi berada dikisaran level 93 persen hingga 95 persen, dan hal tersebut termasuk aman dan tergolong cukup ekspansif.

Sementara itu, laju kredit masih cukup loyo hingga bulan terakhir 2020 dengan nilai Rp5.481 triliun atau turun hingga minus 2,41 persen secara tahunan.

Lebih lanjut, Wimboh juga tidak menampik fakta bahwa langkah yang diambil tiga lembaga ini memberikan efek tersendiri bagi pergerakan harga saham di Tanah Air, khususnya yang tercermin dari indeks harga saham gabungan (IHSG). Sebagai informasi, IHSG sempat menyentuh level tersendah 3.937 pada 24 Maret 2020. Lalu, seiring dengan pemulihan ekonomi, IHSG kembali ke level 6.000-an pada hari ini.

“Pasar modal terkoreksi, tapi akhirnya sekarang sudah balik,” tegasnya.