Bagikan:

JAKARTA  - Ketua Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI) Ahmad Zubaidi meminta para dai untuk mengambil peran dalam mewujudkan pemilihan umum (pemilu) yang damai.

"Para ulama, dai, dan masjid, merupakan komponen yang mampu mendorong adanya pemilu damai. Langkah ini sebagai antisipasi adanya perpecahan di masyarakat," ujar Zubaidi dikutip ANTARA, Selasa, 20 Juni.

Zubaidi mengatakan pemilu sebelumnya merupakan pelajaran dalam membaca hajatan demokrasi mendatang. Sebab perpecahan yang lahir dari perbedaan suara kian berlarut-larut dan sesekali masih terasa hingga sekarang.

Selain mendorong adanya kontribusi para dai, Zubaidi juga mengingatkan tentang strategi dakwah yang bisa digunakan yakni dengan dakwah wasathiyah.

Dakwah wasathiyah ini berorientasi pada jalan tengah dalam menghadapi suatu persoalan. Langkah tersebut pula yang nantinya mampu menjadi perekat bagi hubungan masyarakat.

Selain itu MUI juga mengingatkan perlunya kesiapan yang matang dalam ranah manajemen dakwah. Sebab dari sanalah para dai dan pihak masjid akan mampu bersinergi dengan maksimal dan terarah.

“Kalau dakwah ingin efektif para dai dan masjid harus saling berkolaborasi. Jangan sampai keduanya jalan masing-masing tanpa adanya sinergi,” kata Zubaidi.

Hal senada juga pernah diucapkan Wakil Menteri Agama (Wamenag) Zainut Tauhid Sa'adi. Ia mengatakan organisasi keagamaan memegang peranan penting dalam menjaga kesatuan dan persatuan Indonesia di tahun politik.

"Ormas keagamaan memegang peran penting dalam menjaga Indonesia tetap damai," ujar Wamenag Zainut.

Zainut mengatakan momentum suksesi kepemimpinan harus berjalan dengan damai, santun, beretika, dan bermartabat, serta tidak terjebak dalam praktik politik identitas. Pasalnya, politik identitas berpotensi memecah belah kehidupan berbangsa dan bernegara.

Maka dari itu, kata dia, prinsip moderasi dalam berpolitik penting diimplementasikan kepada warga bangsa, sehingga perbedaan-perbedaan pilihan tidak menjadi alasan lahirnya perpecahan.