Penelitian Sebut 840 Juta Orang Terancam Mengalami Sakit Punggung pada Tahun 2050
Ilustrasi tulang belakang. (Unsplash/Toa Heftiba)

Bagikan:

JAKARTA - Lebih dari 840 juta orang terancam mengalami nyeri punggung pada tahun 2050, sebagian besar karena peningkatan dan penuaan populasi, menurut sebuah hasil penelitian.

Para peneliti telah memperingatkan, jumlah mereka yang menderita kondisi medis tersebut akan meroket dan dapat menyebabkan krisis perawatan kesehatan, karena nyeri punggung bawah adalah penyebab utama kecacatan di dunia.

Australia akan mengalami peningkatan kasus hampir 50 persen pada tahun 2050, sementara peningkatan terbesar dalam kasus nyeri punggung akan terjadi di Asia dan Afrika, menurut sebuah penelitian yang diterbitkan di 'Jurnal Lancet Rheumatology'.

"Analisis kami melukiskan gambaran meningkatnya kasus nyeri punggung bawah secara global, memberi tekanan besar pada sistem perawatan kesehatan kami," kata penulis utama Manuela Ferreira dari Sydney Musculoskeletal Health, seperti dilansir dari The National News 10 Juni.

"Kita perlu menetapkan pendekatan nasional yang konsisten untuk mengelola nyeri punggung bawah yang diinformasikan oleh penelitian," sambungnya.

Sementara itu, Dr. Ferreira yang berbasis di Kolling Institute Sydney, menambahkan: "Saat ini, cara kami merespons sakit punggung bersifat reaktif."

tulang belakang
Ilustrasi tulang belakang. (Unsplash/Joyce Hankins)

"Australia adalah pemimpin global dalam penelitian nyeri punggung. Kita bisa proaktif dan memimpin dengan memberi contoh dalam pencegahan sakit punggung," jelasnya.

Studi ini mengungkapkan beberapa tonggak sejarah dalam kasus nyeri punggung. Sejak 2017, jumlah kasus nyeri pinggang mencapai lebih dari setengah miliar orang, meningkat menjadi 619 juta pada tahun 2020.

Studi tersebut menganalisis data dari tahun 1990 hingga 2020 di lebih dari 204 negara dan wilayah, untuk memetakan lanskap kasus nyeri punggung dari waktu ke waktu.

Nyeri punggung bawah lebih sering terjadi pada orang tua dan lebih sering menyerang wanita, kata para peneliti.

Setidaknya, sepertiga dari beban kecacatan yang terkait dengan nyeri punggung disebabkan faktor pekerjaan, merokok dan kelebihan berat badan.

tulang belakang
Ilustrasi tulang belakang. (Unsplash/Toa Heftiba)

Perawatan umum yang direkomendasikan untuk nyeri punggung bawah, ternyata memiliki efektivitas yang tidak diketahui atau tidak efektif, ini termasuk beberapa operasi dan opioid.

Dr. Ferreira mengatakan, ada ketidakkonsistenan dalam bagaimana profesional kesehatan mengelola kasus nyeri punggung, menambahkan bahwa sistem perawatan kesehatan perlu beradaptasi.

"Mungkin mengejutkan bagi sebagian orang, pedoman klinis saat ini untuk perawatan dan manajemen nyeri punggung tidak memberikan rekomendasi khusus untuk orang tua," ujarnya.

"Orang yang lebih tua memiliki riwayat medis yang lebih kompleks dan lebih mungkin diresepkan obat kuat, termasuk opioid untuk manajemen nyeri punggung, dibandingkan dengan orang dewasa yang lebih muda," papar Dr. Ferreira.

"Tapi ini tidak ideal dan dapat berdampak negatif pada fungsi dan kualitas hidup mereka, terutama karena analgesik ini dapat mengganggu pengobatan lain yang ada," lanjutnya.

"Ini hanyalah salah satu contoh mengapa kami perlu memperbarui pedoman klinis untuk mendukung profesional kesehatan kami," tandas Dr. Ferreira.

Sedangkan rekan penulis Katie de Luca, dari CQUniversity mengatakan, jika tindakan yang tepat tidak diambil, nyeri punggung bawah dapat menjadi pendahulu kondisi kesehatan kronis seperti diabetes, penyakit kardiovaskular hingga kondisi kesehatan mental, dapat memerlukan prosedur medis invasif dan menyebabkan kecacatan yang signifikan.

"Nyeri punggung bawah terus menjadi penyebab terbesar beban kecacatan di seluruh dunia," ungkapnya

"Ada konsekuensi sosio-ekonomi yang substansial dari kondisi ini, dan dampak fisik dan pribadi secara langsung mengancam penuaan yang sehat," tandasnya.