Ketum PBNU Gus Yahya: Jangan Ribut karena Pemilu, Kita Bukan Bertarung Hidup Mati soal Presiden
Ketum PBNU Yahya Cholil Staquf/DOK ANTARA

Bagikan:

SURABAYA - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) K.H. Yahya Cholil Staquf mengungkapkan sejumlah kriteria sosok yang dapat menjadi presiden Indonesia selanjutnya.

"Yang cerdas, yang bijaksana, yang takut kepada Tuhan, dan mengasihi rakyatnya," ucap Gus Yahya, sapaannya usai membuka kegiatan Sosialisasi ASEAN Intercultural and Interreligious Dialogue Conference (IIDC) 2023 di Surabaya dilansir ANTARA, Kamis, 15 Juni.

Mengenai sikap PBNU di tahun politik ini, Gus Yahya menyatakan kembali pada warisan peradaban yang harmoni dan toleransi.

"Jangan ribut, ini cuma prosedur saja kok. Kita bukan mau bertarung hidup mati soal presiden kok," ucapnya.

Dalam agenda IIDC 2023 itu, Gus Yahya juga mengatakan saat ini PBNU ingin membangkitkan ingatan kolektif terhadap warisan peradaban yang pernah dimiliki oleh masyarakat di kawasan Indo-Pasifik yang dulu berhasil dikonsolidasikan pada masa Ashoka.

"Maka, kami menawarkan apa yang kami sebut pendekatan Ashoka, atau Ashoka approach. Itu pendekatan untuk melakukan kampanye dan konsolidasi nilai-nilai peradaban mencakup kawasan yang luas di kawasan Indo-Pasifik ini, yang isi subtansinya dari nilai-nilai peradaban itu, adalah toleransi dan harmoni," tuturnya.

Karena menurutnya, sesudah masa itu, ada banyak disrupsi dan pengaruh-pengaruh baru yang sebagian memicu disharmoni.

Karenanya, Ketum PBNU mengajak untuk menghidupkan kembali watak, semangat toleransi dan harmoni dari masyarakat kawasan Indo-Pasifik yang dulu pernah dimiliki.

"Mari kita bangkitkan kembali, supaya ini menjadi basis konsolidasi di kultural untuk kemudian kita tawarkan kepada pelaku-pelaku politik, aktor-aktor politik, untuk dijadikan political brand, sebagai konsolidasi politik, menuju lahirnya peradaban baru," ujarnya.