Bagikan:

JAKARTA - Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un bersumpah untuk "bergandengan tangan" dengan Presiden Rusia Vladimir Putin dan meningkatkan kerja sama strategis dalam tujuan bersama, untuk membangun sebuah negara yang kuat, menurut media pemerintah KCNA pada Hari Senin.

Pemimpin Kim membuat janji tersebut dalam sebuah pesan kepada Presiden Putin di Hari Nasional Rusia yang diperingati setiap 12 Juni, membela keputusannya untuk menginvasi Ukraina dan menunjukkan "dukungan dan solidaritas penuh."

"Keadilan pasti akan menang dan rakyat Rusia akan terus menambah kejayaan dalam sejarah kemenangan," kata Pemimpin Kim dalam pesan yang diterbitkan oleh KCNA, melansir Reuters 12 Juni.

Diketahui, Pyongyang telah dituduh menyediakan senjata untuk Rusia, selain terus mengembangkan persenjataan rudal balistik dan senjata nuklirnya sendiri, meskipun telah bertahun-tahun dijatuhi sanksi oleh Dewan Keamanan PBB, di mana Rusia adalah anggota tetapnya, seperti mengutip The Guardian.

Sementara, Rusia tampaknya telah berpaling ke Korea Utara dan negara-negara "nakal" lainnya, dalam upaya putus asa untuk menghindari sanksi dan kontrol ekspor untuk mendapatkan senjata yang dibutuhkan untuk melanjutkan perang melawan Ukraina yang sudah berlangsung selama 16 bulan.

Korea Utara sendiri telah memicu kekhawatiran internasional dengan upaya-upaya mencoloknya untuk mendekatkan diri ke Kremlin, menyalahkan AS dan sekutunya atas perang di Ukraina.

Pemimpin Kim, yang bertemu Presiden Putin untuk pertama kalinya pada 2019, menyerukan "kerja sama strategis yang lebih erat" antara Pyongyang dan Moskow, menambahkan bahwa ia akan "berpegangan erat" dengan pemimpin Rusia dalam tujuan bersama mereka untuk membangun "negara yang kuat".

Korea Utara telah memicu kekhawatiran internasional dengan upayanya yang mencolok untuk mendekati Kremlin, menyalahkan AS dan sekutunya atas perang di Ukraina.

Pada Bulan Maret, AS mengatakan Moskow mengirim delegasi ke Korea Utara untuk menawarkan makanan, di tengah laporan kekurangan pangan, dengan imbalan senjata, yang melanggar sanksi dewan keamanan.

"Sebagai bagian dari kesepakatan yang diusulkan ini, Rusia akan menerima lebih dari dua lusin jenis senjata dan amunisi dari Pyongyang," kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih John Kirby ketika itu.

Agustus tahun lalu, Presiden Putin menyerukan hubungan yang lebih erat. Dalam pertukaran surat Agustus lalu untuk menandai hari pembebasan – ketika Korea dibebaskan dari penjajahan Jepang pada tahun 1945 – Ia mengatakan Rusia dan Korea Utara akan "terus memperluas hubungan bilateral yang komprehensif dan konstruktif" untuk memperkuat keamanan dan stabilitas Semenanjung Korea dan Asia Timur Laut.

Pada Juli 2022, Korea Utara mengakui dua "republik rakyat" yang memisahkan diri dan didukung Rusia di Ukraina timur sebagai negara merdeka. Hanya Korea Utara dan Suriah yang mengakui aneksasi Rusia.