Penyebab Selatan Pulau Jawa Sering Terjadi Gempa, Membentang Zona Megathrust yang Aktif
Gempa Pacitan Jatim Kedalaman 10 KM, 117 KM Barat Daya Pacitan Jatim

Bagikan:

YOGYAKARTA - Gempa bumi bermagnitudo 3,4 mengguncang Pacitan, Jawa Timur, pada Kamis 8 Juni. Guncangan yang terjadi di waktu dini hari tersebut terasa di Ponorogo hingga Yogyakarta. Bagian selatan Pulau Jawa memang menjadi langganan gempa tektonik. Apa penyebab selatan Pulau Jawa sering terjadi gempa?

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebut gempa berkekuatan magnitudo 3,4 tersebut berpusat di laut 117 km Baratdaya Pacitan. Gempa yang menghebohkan masyarakat Jatim dan DIY tersebut diikuti dengan gempa susulan sebanyak 29 kali. 

Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono mengungkapkan gempa yang terjadi di Pacitan tersebut merupakan ciri aktivitas gempa Interplate di Zona Megathrust Selatan Jawa. Banyak yang bertanya mengapa gempa sering terjadi di selatan Pulau Jawa?

Penyebab Selatan Pulau Jawa Sering Terjadi Gempa

Wilayah selatan Pulau Jawa kerap terjadi gempa bumi karena berada dalam zona subduksi atau megathrust. Megathrust merupakan zona atau tempat bertemunya lempeng Indo-Australia dan Eurasia. 

Zona megathrust sebenarnya tidak hanya berada di selatan Pulau Jawa, namun membentang dari ujung Sumatera hingga Bali, dan Nusa Tenggara. Zona subduksi tersebut merupakan area terbentuknya gunung berapi dan gempa. 

Wilayah di selatan Pulau Jawa yang dilalui jalur gempa cukup aktif, yaitu Pacitan, Sukabumi, dan Lebak. Pacitan termasuk daerah yang jadi langganan gempa karena tidak hanya berhadapan dengan zona Megathrust, namun juga terletak di jalur sesar Grindulu. 

Di selatan Pacitan memang sering terjadi gempa yang disebabkan oleh naiknya sesar pada zona tumbukan lempeng. Gempa ini kerap terjadi di daerah yang disebut zona prisma akresi dan cekungan muka busur. 

Demikianlah ulasan penyebab selatan Pulau Jawa sering terjadi gempa. Bencana gempa bumi kerap melanda wilayah selatan Jawa karena terdapat zona Megathrust tempat pertemuan lempeng Indo-Australia dan Eurasia. Meski BMKG dapat menghitung besaran magnitudo kekuatan gempa, namun belum ada teknologi yang bisa memastikan kapan akan terjadi gempa. Oleh karena itu, masyarakat diminta untuk selalu waspada. 

Ikuti terus berita terkini dalam negeri dan luar negeri lainnya di VOI . Kamu menghadirkan terbaru dan terupdate nasional maupun internasional.