Bagikan:

JAKARTA - Wajah sang kakak yang menjadi korban jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ-182 terbayang jelas di benak sang adik Heri Purnomo saat menabur bunga di perairan Pulau Lancang, Kepulauan Seribu.

Kakak Heri bernama Agus Minarni. Minarni menjadi penumpang pesawat Sriwijaya Air dengan rute Jakarta-Pontianak. Dalam kecelakaan tersebut, Minarni menjadi korban bersama suaminya, Muhammad Nur Kholifatul Amin.

Heri bercerita, sosok Minarni dan suaminya yang terbayang saat kelopak mawar yang dihamparkan ke permukaan laut membuatnya tak kuasa menahan tangis.

"Terus terang, saat menabur bunga, wajah kakak saya itu terbayang sekali. Air mata terus mengalir terutama pada saat kami melihat permukaan air. Seakan-akan, wajah mereka berdua terbayang di permukaan air itu," tutur Heri di atas Kapal KRI Semarang, Jumat, 22 Januari.

Meski demikian, Heri mengaku dirinya dan keluarga telah mengikhlaskan sang kakak yang menjadi korban jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ-182 tersebut. Menurut dia, takdir manusia pada dasarnya memang telah digariskan oleh Tuhan.

"Dengan jalan ini, menegaskan kepada kita semua bahwa pada hakikatnya manusia tidak bisa mengontrol kehidupannya sendiri. Ada zat Yang Maha Kuasa yang mengatur semuanya. Memang, ajal adalah suatu hal yang pasti," ucap Heri.

"Kita sudah ikhlas, pasrah dan menerima takdir Allah. Harapan kami, mudah-mudahan beliau berdua ini ditempatkan di sisi Allah SWT," lanjut dia.

Ia melanjutkan, sang kakak, Minarni telah teridentifikasi oleh tim Disaster Victim Identification (DVI) Polri. Jasad Minarni telah dimakamkan di Mempawah, Pontianak, pada Sabtu, 16 Januari lalu.

Kini, Heri berharap jasad suami Minarni juga bisa segera diidentifikasi. "Kami harapkan juga, body part yang sudah berada di RS polri segera diidentifikasi semua sehingga bisa ada harapan kami untuk Muhammad Nur Kholifatul Amin dapat diidentifikasi, baik seluruh tubuh atau sebagain dari tubuhnya," imbuhnya.

Tabur Bunga Korban Sriwijaya Air (Diah/VOI)

Hari ini, tim SAR membawa puluhan keluarga korban serta kerabat pilot dan pramugari Sriwijaya Air SJ-182 menuju lokasi tabur bunga di perairan Pulau Lancang, Kepulauan Seribu pagi ini. Kegiatan tabur bunga dimaksudkan untuk menghormati korban kecelakaan pesawat.

Keluarga berangkat dari Dermaga JICT II, Tanjung Priok, Jakarta Utara menggunakan kapal KRI Semarang sejak pukul 06.30 WIB. Perjalanan memakan waktu sekitar tiga jam menuju titik jatuhnya pesawat.

Sementara, berdasarkan operasi SAR sejak hari pertama sampai terakhir, total temuan tim SAR sebanyak 325 kantong jenazah berisi bagian tubuh atau body parts. Kemudian, material pesawat sebanyak 119, dengan rincian 68 kantong kecil yang berisi serpihan pesawat dan 55 potongan besar pesawat.

Kini, penyebab jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ-182 masih diteliti oleh KNKT menggunakan analisis data black box FDR yang telah ditemukan pada 12 Januari. Saat ini, pencarian black box CVR masih dilakukan dalam operasi lanjutan agar penyebab jatuhnya pesawat segera terungkap.