Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei Dukung Pemulihan Hubungan Diplomatik Iran dengan Mesir
Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei. (Wikimedia Commons/Khamenei.ir)

Bagikan:

JAKARTA - Pemimpin tertinggi Iran telah memberikan persetujuan terkait upaya pemulihan hubungan diplomatik penuh dengan Mesir, yang berpotensi mengakhiri ketegangan puluhan tahun antara dua pusat kekuatan regional.

Ayatollah Ali Khamenei mengatakan, dia akan "menyambut baik" pemulihan hubungan antara Mesir selama pertemuan dengan Sultan Oman yang berkunjung, Haitham bin Tariq, yang negaranya dianggap menengahi antara Kairo dan Teheran.

Sebelumnya, Sultan Haitham mengunjungi Mesir bulan ini dan bertemu Presiden Abdel Fattah El Sisi untuk pembicaraan yang mencakup normalisasi hubungan antara Mesir dan Iran, menurut para pejabat. Kunjungannya ke Mesir dan Iran adalah yang pertama sejak dia naik tahta di negara Teluk Arab itu pada 2020.

"Kami menyambut baik masalah ini dan tidak memiliki masalah dalam hal ini," kata Khamenei tentang pemulihan hubungan, menurut televisi pemerintah Iran, melansir The National News 29 Mei.

Diketahui, Pemimpin Tertinggi Iran memiliki keputusan akhir tentang keputusan kebijakan luar negeri utama, yang menambah bobot komentarnya tentang hubungan dengan Mesir.

Sebelumnya, para pejabat Mesir mengatakan, Kairo dan Teheran diperkirakan akan bertukar duta besar sebelum akhir 2023. Sementara, Presiden El Sisi dan mitranya dari Iran, Ebrahim Raisi, akan bertemu akhir tahun ini.

Sementara, diplomat tingkat menengah dan pejabat intelijen dari Iran dan Mesir mengadakan pembicaraan terlebih dahulu secara tertutup di Baghdad pada Bulan Maret dan April, untuk membahas normalisasi hubungan.

Lebih banyak pejabat senior dari kedua negara diperkirakan akan bertemu lagi bulan depan di ibu kota Irak, menurut para pejabat, dengan pembicaraan lebih lanjut diharapkan akan diadakan di Oman.

Diketahui, hubungan antara Mesir dan Iran mulai memburuk setelah revolusi Islam 1979, ketika mendiang pemimpin Mesir Anwar Sadat menyambut Shah Mohammad Reza Pahlavi yang digulingkan, serta mengizinkan pemakamannya di Kairo setahun kemudian.