Inovasi Petani Dalam Kembangkan Cairan Organik "Biosaka" Mendapat Apresiasi Gubernur Jatim
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa saat panen raya padi varietas Inpari 32 di Desa Soso, Kecamatan Gandusari, Kabupaten Blitar, Jatim, Sabtu (27/5/2023). (Dok. ANTARA)

Bagikan:

BLITAR - Inovasi petani di Kabupaten Blitar, Jawa Timur, mengembangkan cairan organik "Biosaka" yang mampu memperbaiki kualitas tanah dan tanaman mendapat apresiasi Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa.

"Biosaka ini menjadi referensi yang luar biasa bagaimana kita selamatkan dan kembali ke alam. Pupuk organik ini menjadi simbol pemulihan alam, mengingat pupuk kimia selalu digunakan di pertanian kita selama puluhan bahkan ratusan tahun. Apalagi hasil penggunaan Biosaka ini multifungsi luar biasa sekali," kata Gubernur Khofifah saat panen raya padi varietas Inpari 32 di Desa Soso, Kecamatan Gandusari, Kabupaten Blitar, Sabtu.

Pihaknya mengapresiasi hasil pertanian di desa ini. Tanaman padi Inpari 32 tumbuh subur berkat cairan Biosaka yang dibuat oleh para petani Poktan Gardu Rukun II Gandusari Blitar ini.

Penggunaan Biosaka di Blitar ini sudah dimulai sejak tahun 2019 dan saat ini sudah diterapkan pada lebih dari 11.000 hektare lahan. Cairan ini bukan hanya untuk padi saja, melainkan bisa digunakan untuk berbagai sayur dan buah-buahan.

Cairan Biosaka ini diciptakan oleh petani asal Blitar bernama Muhamad Ansar yang sudah tercatat di Kemenhumkam Nomor 000399067. Biosaka merupakan singkatan dari kata Bio simbol tumbuhan dan SAKA atau "Selamatkan Alam Kembali ke Alam."

"Ini adalah bentuk upaya revitalisasi media tanam lahan pertanian. Dan menjadi referensi yang sangat bagus untuk bagaimana produksi pertanian bisa tetap terjaga, ketahanan padi terhadap serangan hama makin bagus, tapi revitalisasi lahan juga terbangun dengan pupuk non-kimiawi yang makin masif," ujarnya.

Orang nomor satu di Jatim itu pun optimistis pemanfaatan Biosaka ini dapat menjadi alternatif yang lebih ampuh dan murah untuk pertanian.

"Kita tahu dunia sedang mengalami masalah pupuk sebab imbas perang Rusia Ukraina. Fosfat yang diimpor untuk pupuk kimia menjadi mahal. Maka ini menjadi kebutuhan mendasar bagaimana kita menciptakan pupuk non-kimiawi sendiri," kata dia dikutip ANTARA, Sabtu, 27 Mei.

Setelah panen padi, Gubernur Khofifah bersama Bupati Blitar Rini Syarifah juga mencoba pembuatan pupuk organik Biosaka bersama Poktan Gardu Rukun II tersebut.