Bagikan:

JAKARTA - Indonesia masih terus mengupayakan proses negosiasi untuk bisa menyelamatkan pilot Susi Air, Philip Mark Mertens yang disandera Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Papua. Namun lambatnya penanganan kasus ini dikhawatirkan digunakan negara lain sebagai isu yang rugikan RI.

Dikabarkan, OPM mengirim surat terbuka kepada PM Selandia Baru, Chris Hipkins dan Menteri Luar Negeri Nanaia Mahuta mengenai situasi penyanderaan pilot Susi Air. Klaim OPM, militer Indonesia menerapkan operasi siaga tempur di daerah tersebut.

Pemerintah Selandia Baru mengungkapkan mereka terus melakukan berbagai upaya untuk membebaskan kapten Philip Mark yang sudah hampir 4 bulan disandera kelompok pemberontak.

Namun bagi Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia Hikmahanto Juwana, belum ada upaya dari pemerintah Selandia Baru untuk membebaskan warganya dari cengkeraman OPM.

"Masalahnya sampai hari ini saya tidak mendengar Selandia Baru minta ke pemerintah untuk dilibatkan. Kalau pemerintah Selandia Baru minta dilibatkan, maka pemerintah tidak akan menolak. Justru kita akan memfasilitasi," ucap Hikmahanto, Sabtu 27 Mei.

Hikmahanto memberi contoh ketika pesawat Garuda Woyla disandera dan diturunkan di Don Muang Bangkok. Saat itu pemerintah minta untuk melakukan operasi pembebasan ke pemerintah Thailand dan dikabulkan.

"Jadi saya bertanya-tanya apakah Pemerintah Selandia Baru ini care tidak sih dengan warganya yang disandera? Jangan-jangan justru Selandia Baru membiarkan agar isu ini terekspos untuk kerugian Indonesia," tegasnya.

Sementara itu, Jubir Kementerian Luar Negeri Teuku Faizasyah menilai tak mungkin jika suatu negara melakukan operasi militer pembebasan di negara lain.

"Apa mungkin menurunkan pasukan di teritorial negara lain," katanya.

Sebelumnya, Juru bicara Kementerian Luar Negeri Selandia Baru mengatakan, pihaknya terus melakukan semua yang bisa dilakukan untuk mendapatkan resolusi damai dan pembebasan yang aman bagi Mehrtens. Termasuk bekerja sama dengan pihak berwenang Indonesia dan mengerahkan staf konsuler Selandia Baru.

Dalam pertemuannya dengan Duta Besar Selandia Baru untuk Indonesia. Panglima TNI Laksamana TNI Yudo Margono mengatakan, pihaknya menolak tawaran bantuan dari Selandia Baru, terkait pencarian pilot Susi Air.

"Mereka menawarkan bantuan, tapi saya masih mampu menyelesaikan," katanya.