JAKATA - Interpol telah mempublikasikan Black Notices untuk pertama kalinya, sebagai bagian dari kampanye internasional untuk mengidentifikasi lebih dari 20 wanita dan anak-anak yang terbunuh.
Dinamakan 'Operation Identify Me', ini adalah seruan pubik untuk mengidentifikasi 22 korban perempuan, yang diyakini telah dibunuh di Belgia, Jerman dan Belanda, tetapi identitasnya tidak pernah diketahui.
Badan kejahatan internasional telah mengambil langkah yang tidak biasa dengan mempublikasikan Pemberitahuan Hitam, yang aksesnya sebelumnya hanya diberikan kepada pasukan polisi, karena mereka yakin para korban memiliki koneksi global.
Para korbannya adalah wanita dan anak perempuan yang tubuhnya ditemukan di rawa, sumur dan sungai, dengan beberapa kematian terjadi lebih dari 40 tahun yang lalu.
Kasus tertua melibatkan seorang gadis, diyakini berusia 13 tahun, yang ditemukan di tempat parkir oleh pejalan kaki di Belanda pada tahun 1976 dan diduga oleh polisi berasal dari Jerman.
Satu lagi adalah seorang wanita yang ditemukan di Belgia hampir 32 tahun yang lalu. Tubuhnya ditemukan pada tahun 1991 di sebuah sumur air hujan di Kota Holsbeek, sekitar 40 km dari Brussels. Tubuhnya diduga telah berada di dalam sumur selama dua tahun, menurut polisi.
Francois-Xavier Laurent, manajer database DNA Interpol, mengatakan kepada The National, pihaknya tidak dapat mengesampingkan bahwa 22 pembunuhan wanita dan anak-anak yang belum terpecahkan di seluruh Eropa tidak terkait.
"Melihat konteksnya, mereka tampaknya tidak terkait selain bahwa mereka semua perempuan dan semua korban kejahatan. Tapi kita tidak pernah bisa menolak hipotesis, beberapa perempuan adalah bagian dari jaringan perdagangan manusia," katanya, melansir The National News 11 Mei.
We are looking for names 🔑
The names of 22 women, victims of murder.
They are someone's friend, sister, cousin, daughter or mother. And they matter.
Details: https://t.co/PrrSg3ahrg pic.twitter.com/vNXXcFAGu0
— INTERPOL (@INTERPOL_HQ) May 10, 2023
"Kami telah meluncurkan ini karena setiap korban memiliki kesempatan untuk diidentifikasi dan keluarga tahu apa yang terjadi pada orang yang mereka cintai," terangnya.
"Kesulitan dalam kasus-kasus ini adalah tidak ada nama dan tidak ada dokumen identitas. Mayat-mayat itu sangat terdegradasi, dan kami tidak dapat mengesampingkan bahwa mereka adalah pengunjung ke negara tempat mereka ditemukan, dan mereka bisa saja berasal dari belahan dunia lain," papar Laurent.
"Kampanye ini adalah yang pertama, ini pertama kalinya Interpol memberikan informasi dari Black Notices, dengan harapan masyarakat dapat memberi kami tip potensial untuk membantu menyelesaikan kasus," tandasnya.
Rekonstruksi wajah telah dibuat untuk masing-masing korban serta informasi tentang tempat dan waktu mereka ditemukan, barang-barang pribadi yang ditemukan di tubuh serta pakaian dan perhiasan mereka.
T-shirt bermotif, gelang perak dan tato mawar adalah beberapa gambar yang diunggah ke situs web dan akun media sosial Interpol.
Polisi khawatir mayat-mayat itu mungkin ditinggalkan di berbagai negara "untuk menghalangi penyelidikan kriminal".
"Setiap jalan yang dapat kami pikirkan untuk menyelesaikan kasus dingin ini telah dieksplorasi," sebutnya.
"Investigasi telah menemui jalan buntu dan kami berharap perhatian publik akan memungkinkan kami untuk memajukannya. Kami percaya mungkin ada konteks internasional untuk kasus ini," tukas Laurent.
Interpol percaya, beberapa wanita mungkin berasal dari berbagai daerah di Eropa Timur.
"Mereka bisa saja perempuan yang memutuskan untuk melakukan perjalanan wisata, tapi juga berpotensi menjadi korban perdagangan manusia," ungkapnya.
"Karena ini adalah peluncuran pertama, kami memutuskan untuk membuatnya tetap kecil, tetapi sudah terbukti berhasil dan negara bagian lain telah meminta kami untuk membantu mereka juga," harap Laurent.
Sementara itu, Susan Hitchin, yang mengoordinasikan unit DNA Interpol mengatakan, mengidentifikasi para wanita dapat membantu mendekatkan anggota keluarga mereka.
"Mengerikan untuk pergi bertahun-tahun tanpa berita apapun, tidak tahu apa yang terjadi. Dan betapapun mengerikannya mendapatkan konfirmasi bahwa orang yang mereka cintai telah meninggal, itu adalah bagian dari proses penting untuk berduka dan melangkah maju," katanya dalam sebuah wawancara telepon.
"Mudah-mudahan anggota masyarakat dapat membawa beberapa elemen baru yang dapat digunakan polisi yang pada akhirnya akan memberikan identitas para korban ini dan idealnya membantu mengarah ke pelaku, jika ada," pungkas Hitchin.