Ganjar: 25 Tahun setelah Reformasi Pemberantasan Korupsi Masih Mendesak Dituntaskan
Ganjar Pranowo diwawancara media saat menghadiri pameran foto Tragedi Mei 98. (Dok. Ist)

Bagikan:

JAKARTA - Calon presiden dari PDI Perjuangan, Ganjar Pranowo menghadiri acara pameran foto Peringatan 25 Tahun Reformasi di Graha Pena, Jakarta Pusat, Sabtu, 13 Mei.

Hadir pula dalam acara itu sejumlah aktivis 98, di antaranya Adian Napitupulu, Sofian, Nico Sitanggang, Ari Maulana, Arnold Tenu dan lainnya.

Dalam wawancara dengan wartawan, Ganjar pranowo menegaskan pemberantasan korupsi menjadi pekerjaan rumah yang mendesak diselesaikan pasca 25 tahun reformasi. 

Meski sudah menunjukkan effort yang lebih baik, namun pemberantasan korupsi hingga kini dinilai masih belum tuntas.

"Kan dulu masyarakat bilang pemerintahan harus bebas dari KKN. Hari ini effortnya mulai ada, tapi korupsi belum tuntas. Jadi ini PR yang hari ini harus kita selesaikan bersama," ucapnya.

Cara yang harus dilakukan untuk pemberantasan korupsi lanjut Ganjar adalah penegakan hukum. Reformasi penegakan hukum harus dilakukan di Indonesia.

"Pemberantasan korupsi, ya penegakkan hukumnya. Jadi reformnya yang ada di sana. itu yang mesti jadi proritas untuk kita semuanya," terangnya.

Selain penegakan hukum, pelanggaran HAM lanjut Ganjar juga masih perlu perhatian. Catatan-catatan pelanggaran HAM saat itu juga   masih ada yang berlum terselesaikan. Sebab itu menurutnya, reformasi ini harus dituntaskan. 

Meski begitu, ada banyak hasil perjuangan reformasi yang telah berjalan dengan baik. Misalnya soal otonomi daerah yang dulu dituntut, hari ini berjalan dan inovasi jauh lebih bagus.

"Tapi tentu saja semua akan melakukan evaluasi mana yang the best dan kemudian bisa diikuti. Reformasi birokrasi hari ini makin hari makin muncul di daerah dengan inovasi masing-masing. Saya kira itu juga bagian-bagian yang tidak bisa kita tinggalkan," ucapnya.

Selain itu, banyak aktivis 98 yang saat ini duduk di pemerintahan. Mereka bisa melanjutkan perjuangan yang belum tuntas itu.

"Publik gantian ngontrol. Yang dulu aktif di 98 kan banyak yang akhirnya juga duduk di jabatan publik. Sekarang dia dikontrol sama rakyat, termasuk adik-adik mahasiswa yang hari ini juga akan mengontrol kakak-kakaknya," ucapnya.